Saat Seorang Gadis Kecil Meminta Camilan
Beberapa puluh menit yang lalu, sepulangnya dari Kalimilk bersama dua temanku, aku sengaja mampir di sebuah warung yang menjual berbagai macam camilan yang kebetulan berada di depan kosku.
"Mba, aku mau beli yang ini, seons ya,"kataku sambil menunjuk sebuah toples besar yang berisi untir-untir.
Saat mba pegawai warung camilan tersebut hendak mengambil untir-untir pesananku dan memasukkannya ke dalam plastik, tiba-tiba datang seorang gadis kecil berkepala botak berpakaian lusuh dengan kaki yang berlumuran abu, membawa sebuah tas plastik berisikan botol air mineral kecil.
"Mbak, mau minta makanan yang ini,"kata gadis kecil itu sambil menunjuk sebuah toples berisi camilan rasa coklat yang terletak di lantai--aku tidak tahu namanya apa.
"Oh, gak boleh dek, kalo mau ini, harus beli, gak boleh minta."
"Lah, aku mau minta yang ini mbak,"rengek gadis kecil tersebut.
Karena tak kunjung diberi, gadis kecil tersebut beralih ke camilan yang lain, yaitu nata de coco.
"Mbak, mau minta yang ini, mbak. Satuuuu aja mbak." Katanya sedikit memaksa sambil membuka-tutup wadah nata de coco tersebut.
"Tetep gak boleh dek, ini bukan punya saya, ini punya juragan saya. Kalo mau minta ke dia aja. Tuh, yang lagi mainan kalkulator." Kata mba pegawai warung camilan.
Aku terus menatapnya, tidak bisa berpaling. "Mbaknya takut ya?"kata gadis kecil itu tiba-tiba, mengagetkanku. Aku menggeleng.
"Mbak, mau minta yang ini mbak." Pintanya lagi.
"Kamu ke sini sama siapa?"
"Sama bapak mbak."
"Lah, bapakmu di mana?"
"Udah pulang mbak."
"Lah, kenapa kamu gak ikutan pulang? kenapa tetep di sini?"
Dia terdiam.
Beberapa menit kemudian pemilik warung camilan tersebut menghampiri gadis kecil itu. Entah apa yang mereka bicarakan, karena tiba-tiba saja mba pegawai camilan tersebut mengajakku bicara.
"Ya kayak gitu tuh dek, anak kecil diturunin di tempat-tempat tertentu trus disuruh minta-minta ke warung-warung, ntar kan jadi kebiasaan yang buruk kalo kita ngasih terus. Ntar jadi keseringan ke sini buat minta-minta. Botol air mineral yang dia bawa juga pasti hasil dari minta-minta."
"Lah, ntar dia pulangnya gimana mba?" kataku bingung.
"Kan ntar ada yang jemput dia. Sebenernya serba salah juga, mau ngasih tapi ntar anaknya jadi tuman, mau gak dikasih tapi kasian. Trus harus gimana mba?" tanyanya sambil men-staple plastik yang berisi camilanku.
Aku cuma bisa diam. Bingung.
"Mbak, mau yang ini mbak,"kata gadis kecil itu masih memaksa.
"Tetep gak boleh dek."
"Kok mbaknya pelit sih."
Dengan rasa kesal dan kecewa karena tidak diberi camilan itu, akhirnya dia pergi. Membuat kami terpaku. Kesal tapi kasihan.
No comments: