Peking dan Slenthem
Saron Penerus/Peking
Slenthem
Saat memainkan peking, aku merasa peking itu sepertiku.
Walaupun peking memainkan lancaran/ladrang/lagu seperti yang dimainkan oleh
balungan yang lain, tetapi peking ini seperti “berjalan” sendirian di antara
suara-suara yang dihasilkan oleh balungan lain. Karena terkadang peking
memainkan nada-nada yang berbeda dari nada yang dimainkan oleh balungan lain.
Dan terkadang tempo yang dimainkan juga berbeda, dua kali lebih cepat. Ya,
tidak jauh berbeda dengan diriku yang terkadang merasa sendirian di tengah keramaian
karena aku dan mereka berbeda. Karena nada dan tempo yang kita mainkan
berbeda.
Setelah
latihan tadi, aku tersadar kalau peking itu tidak pernah sendirian, tidak
pernah berbeda dalam memainkan nada. Karena selalu ada slenthem yang diam-diam
berjalan bersama peking, memainkan nada yang sama dengan peking walau dengan
tempo yang berbeda. Lirih sekali, hampir tidak terdengar, tetapi memiliki gema
yang luar biasa kencang kalau tidak cepat-cepat dipatet. Mungkin slenthem seperti bayang-bayang peking, berusaha mengejar
peking yang melangkah dua kali lebih cepat.
Mungkin
dalam hal-hal tertentu aku menganalogikan diri sebagai slenthem. Dan “kamu”
adalah peking. Diam-diam aku berjalan di belakang, berada di sekitarmu tanpa
kamu sadari karena aku kecil dan mungkin hampir-hampir tidak terlihat. Aku
berusaha mengejarmu yang berjalan dua kali lebih cepat dari langkah yang
kuambil.
No comments: