Sore Tadi
Sore tadi.
Baru beberapa menit aku sampai di toko buku itu. Baru
beberapa menit aku menitipkan tasku. Baru beberapa menit aku sampai di rak buku
itu. Dan baru beberapa detik aku membaca dua kalimat dalam bab terakhir novel
Filosofi Kopi itu, tiba-tiba hapeku bergetar. Ada pesan masuk, balasan pesan
dari adikku. Kalo gak dijemput sekarang,
mending gak usah dijemput sekalian, begitulah balasan pesan dari adikku
saat kubilang akan menjemputnya jam empat lebih lima belas. Dengan sedikit
bersungut-sungut, aku pun membalas oke,
aku jemput sekarang. Lantas menutup novel Filosofi Kopi itu, bergegas
menuju tempat penitipan barang, beranjak pergi dari toko buku itu. Sial, lagi-lagi aku gak bawa mantel, gerutuku
saat melihat ke pintu keluar. Tanpa pikir panjang aku menerobos hujan, berjalan
menuju tempat parkir, dan menuju tempat adikku minta dijemput.
Aku benar-benar menerobos hujan.
Hujan semakin menderas di setiap tempat yang kulalui,
membuatku harus memperbesar gas, mempercepat laju motor agar tidak terasa
kedinginan. Dingin, tetap saja terasa dingin. Dalam hitungan detik hujan telah
membasahi tubuhku, kaosku, rokku, dan tasku. Brrr, aku menggigil. Semakin terasa dingin. Aku terus mempercepat
laju motor agar segera sampai di tempat adikku menunggu. Menit berikutnya aku
pun sampai di tempat adikku menunggu, di sebuah masjid. Adikku pun mulai
menghampiriku saat menyadari kedatanganku. Aku menggerutu, mengomel kepada
adikku dari kejauhan, yang tentu saja tidak didengar olehnya. Adikku juga
sedikit mengomel saat dirinya sampai di tempatku memberhentikan motor. Aku udah nunggu dari jam satu, kenapa baru
dateng? Omelnya sambil menaiki motor. Aku memasang muka masam. Kenapa gak bilang dari tadi kalo minta
dijemput? Balasku sambil menaiki motor, duduk di belakang adikku. Tidak ada
jawaban. Beberapa detik kemudian motor kami sudah kembali ke jalanan, beradu
dengan kendaraan lain. Bergegas pulang.
No comments: