49 Days with "The Tetels", Tetelan Pencit Rangers
Tidak terasa KKN telah usai beberapa minggu yang lalu. Waktu terasa cepat
sekali berputar, padahal kemarin-kemarin rasanya masih dapat menghitung mundur
kapan KKN tiba. Dan sekarang KKN telah usai, tinggal menyelesaikan beberapa
laporan yang belum terselesaikan dan menunggu nilai. Dan memang benar kata
banyak orang kalau KKN bikin kangen.
KKN tahun
ini banyak yang berbeda dibanding tahun lalu, mulai dari hal-hal yang berbau
uang hingga masa KKN yang tidak genap 2 bulan, hanya 49 hari. Itu pun banyak
kegiatan yang terpotong oleh Ramadhan, lebaran, dan liburan sekolah sehingga
masa efektif KKN hanya beberapa minggu. Membuat kami memadatkan kegiatan setiap
harinya.
Tempat KKN-ku berada di Desa Kandangtepus,
Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Total ada 30 orang (termasuk aku) yang
berada di unit ini. Desa ini termasuk desa yang besar di Kecamatan Senduro,
yang memiliki lima dusun, yaitu Krajan, Wonorejo, Kayuenak, Mulyorejo, dan
Tetelan. Namun, Dusun Krajan tidak termasuk ke dalam dusun yang kami KKN-i. Aku sendiri 'bertugas' di Tetelan bersama beberapa teman-teman yang lain. Walau kami 'bertugas' di Tetelan, pondokan
kami berada di Mulyorejo agar koordinasi dengan anggota sub unit lain lebih
gampang. Sebab, secara geografis wilayah Tetelan seakan terpisah dengan dusun yang lain yang masih berada di satu garis lurus. Fyi, desa kami juga menjadi jalur utama ke objek wisata yang terkenal di Lumajang, yaitu Puncak B29.
Selama hampir dua bulan Dusun Mulyorejo
menjadi rumah sementara bagi kami. Hawa dingin selalu menyergapi
kami, terutama saat malam dan pagi hari. Hingga terkadang membuat
kami enggan untuk beranjak dari tempat tidur dan bergegas menuju kamar
mandi. Saat tidur pun, kami harus menggunakan sleeping bag. Bahkan berminggu-minggu berada di sana, tidak lantas membuat kami
kebal terhadap hawa dingin. Terlebih saat kabut menyelimuti dusun ini, hawa
dingin semakin terasa menyelimuti kami.
Jarak pondokan kami ke sub unit kami
sebenarnya tidak terlampau jauh. Hanya, jalan menuju sub unit kami terbilang
rusak parah, masih bebatuan dan diselimuti tanah yang licin hingga
membuat kami kesulitan untuk mengakses. Di minggu-minggu awal KKN bahkan kami kesulitan
untuk melajukan motor, terutama saat harus melewati jalan yang menurun atau menanjak. Aku bahkan sempat terjatuh saat dibonceng teman satu sub unitku. Semakin memasuki Dusun Tetelan, jalan bebatuan semakin terasa sulit
untuk dilewati karena batu-batu yang tersusun tidak sama besar dan banyak.
Berbeda
dengan dusun yang kami tinggali, Dusun Tetelan--sub unit kami--terlihat lebih alami dan asli.
Ketika baru beberapa langkah memasuki dusun ini, kami disuguhkan oleh hamparan
ladang sayuran yang terlihat menghiasi dusun ini. Semilir angin yang
sayup-sayup menyergapi tubuh kami membuat dusun ini terasa begitu asri.
Lenguhan sapi dan kambing pun samar-samar terdengar setiap kami melangkah,
melewati rumah-rumah warga. Rumah Pak Suriyadi, Kepala Dusun Tetelan menjadi
rumah pertama yang kami singgahi. Kami berkonsultasi tentang permasalahan yang
terjadi di dusun ini. Kami baru tahu jika permasalahan di dusun ini cukup
banyak dan beliau berharap banyak pada kami untuk menangani permasalahan
tersebut.
Pengalaman yang paling berkesan di dusun ini yaitu saat harus berinteraksi dengan siswa di SD setempat yang begitu aktif. Saat pertama kali datang ke SD tersebut, kami sudah disambut teriakan dari siswa-siswa yang menunggu di pinggir sekolah. Setelah kami sampai, mereka berbondong-bondong menghampiri kami. Mengantre hingga berebut ingin menyalami kami. Dan ya, tidak cukup satu-dua kalimat, bahkan satu-dua paragraf untuk menggambarkan pengalaman berkesan yang kami alami selama KKN--terutama saat di SD. Oh ya, di tengah masa KKN, saat di akhir pekan kami juga sempat pergi ke Coban Sewu, air terjun di Kabupaten Malang, berbatasan langsung dengan Kabupaten Lumajang. Suatu tempat yang tidak kami duga akan ke situ karena rencana awal kami yaitu Kapas Biru dan Tumpak Sewu.
Berbeda dengan sub unit lain yang terdiri dari 8 orang, sub unit kami hanya terdiri dari 6 orang. Dan, let me introduce them--my housemate and partner in crime during KKN:
1. Ahmad Faizul Ali
Faiz--panggilan akrabnya--adalah mahasiswa Teknik Pertanian--Fakultas Teknologi Pertanian--, Koordinator Mahasiswa Klaster (Kormater) Agro, arek Lumajang asli, Sebelum tahu kalau kami satu sub unit, aku menganggap Faiz, 'apa sih nih orang'. Sering membuat lelucon yang garing karena wajahnya yang terlihat polos saat melontarkannya tapi justru membuat kami tertawa. Dan bahkan dia pun tertawa lebih keras dengan lelucon yang dia buat sendiri. Setelah berminggu-minggu berada di sub unit yang sama, pondokan yang sama, ternyata penilaian itu tidak berubah (wkwk). Dia masih melontarkan lelucon garingnya, bahkan sering menjadikan kami bahan leluconnya. Hingga terkadang membuat teman satu sub unit kami kesal dengannya. Namun, ada beberapa sisi yang membuatnya terlihat berbeda. Pertama, saat bermain gitar. Entah mengapa saat memegang gitar dan mulai memetiknya, ada sisi dirinya yang not annoying. Dan lagu yang paling sering dimainkan--membuatku dan beberapa teman satu unit ikut bersenandung--yaitu Your Call dan Ingin Hilang Ingatan. Kedua, peka terhadap keadaan (?), ya kadang ada beberapa kejadian atau program yang membutuhkan bantuan, tanpa disuruh dua kali, dia sigap untuk melakukannya. Dan di antara tiga laki-laki Tetelan yang lain, dia yang paling cepat merespons saat kubangunkan walaupun tidak selalu langsung beranjak dari kamar tidur. Ketiga, bisa dibilang pintar masak, sering sekali mencampurkan berbagai macam bumbu saat membuat sambal atau membuat nasi goreng.
Selain Faiz, di sub unit kami juga ada Kormater dari klaster lain. Tepatnya klaster Sosio-Humaniora atau Soshum. Dia adalah Ridho. Sama sepertiku, Ridho adalah mahasiswa Psikologi. Namun, aku tidak pernah menyangka sebelumnya kalau kami akan berada di satu daerah KKN yang sama, satu sub unit pula. Sebab, kalau boleh jujur, kami tidak pernah akrab sebelumnya, terlebih jarang berada di satu kelompok tugas yang sama dan tidak pernah satu organisasi. Namun, satu sub unit dengannya membuatku sedikit lebih mengenalnya. Aku juga sering meminta saran terhadap program yang akan aku lakukan karena cuma dia yang klaster denganku. Sama seperti Faiz, Ridho juga sering membuat lelucon, walaupun tidak sering dan terkadang terdengar cerdas. Dan Ridho yang paling jarang, bahkan sepertinya tidak pernah menjadi bahan lelucon Faiz, bahkan mereka sering menjadi partner in crime dalam hal seperti itu. Selain itu, ada beberapa perilaku atau sifat atau pemikirannya yang membuatku amaze. Seperti hafalan suratnya. Dan juga salah satu nasehatnya, hati-hati dengan hati.
Fyi, di antara tiga laki-laki Tetelan, Ridho yang paling banyak diidolai oleh anak-anak SDN Kandangtepus 05. (wkwk)
Fyi, di antara tiga laki-laki Tetelan, Ridho yang paling banyak diidolai oleh anak-anak SDN Kandangtepus 05. (wkwk)
3. Anggini Nur Azizah
Kalau yang baru mengenalnya mungkin tidak akan pernah menyangka perempuan yang berpenampilan tomboy dan anak gunung ini adalah seorang Diajeng Gunungkidul. Namun, faktanya memang seperti itu. Dan Diajeng Anggi ini gemar sekali menyanyi, untung suaranya merdu. Anggi juga piawai bermain gitar, beberapa kali aku juga sempat belajar gitar dengannya. Sama sepertiku, Anggi pun orang yang moody. Bedanya aku tidak pernah menunjukkan ke-moody-an secara gamplang. Awal masa KKN kami tidur bertiga. Namun, semenjak ketiduran di sofa ruang tamu tengah, dia justru ketagihan hingga keterusan menjadikan sofa itu sebagai kamarnya. Saat minggu-minggu awal KKN juga aku merasa belum akrab dengannya hingga aku tidak sengaja curhat padanya. Dia pun menimpali curhatanku hingga tidak sengaja bercerita tentang masa lalunya. Juga memberikan beberapa wejangan tentang cinta padaku. Selain itu, saat aku dan beberapa teman satu unit ingin mendaki Semeru, dia yang paling sering menasehatiku untuk berpikir dua kali untuk tidak naik karena cuaca yang kurang sahabat. Bahkan saat aku memutuskan untuk tetap mendaki, dia memberikan bekal konsumsi untukku, satu botol minuman orange water dan satu bungkus snack kentang. Dan saat telah sampai di Ranupani dan Ranukumbolo, aku agak mengkhawatirkannya. Sebab saat itu dia sedang dalam masa period, dan saat memasuki masa itu dia sering mengalami sakit perut. Bahkan saat bulan puasa lalu dia sempat dibawa ke Puskesmas. Alhamdulillah, dia menjadi anak Tetelan pertama yang kulihat sepulangnya dari Semeru.
Dan ini foto yang di-request Anggi. Ya, walaupun tulisannya tidak begitu kelihatan ._.v
4. Muchsin Nur Wachid
Dan inilah komandan kami, bapak Muchsin, mahasiswa jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh. Satu jurusan dengan Anggi. Koordinator Mahasiswa Sub Unit (Kormasit) Tetelan kami selama bertugas di Tetelan. Dibanding Faiz dan Ridho, Muchsin lebih terlihat kalem dan yang lebih sering membuat lelucon yang garing. Dia juga yang paling sering dijadikan bahan lelucon oleh Faiz dan Ridho karena dalam beberapa pertemuan dan kunjungan dia bisa tiba-tiba tidur. Dan memang dia yang paling cepat tidur di antara kami. Dari segi kepemimpinan, mungkin dia termasuk pemimpin yang santai tapi kadang serius. Jarang sekali dia memarahi kami. Bahkan saat aku dan dua teman perempuanku yang lain tertidur padahal harusnya ikut rapat, dia tidak memarahi kami. Justru memaklumi kami. Di lain waktu, kami pernah rapat hingga dini hari untuk membahas suatu program. Namun, di rapat itu suasananya begitu santai, tidak terlalu serius. Di laki-laki Tetelan yang lain, dia yang paling sering mandi duluan. Dia juga yang paling sering kutegur karena ketidakpekaannya terhadap sesuatu. Seperti saat memasak atau aku/teman lain sedang membutuhkan bantuannya. Walau begitu, aku tetap merasa sungkan dengannya, tidak enak hati terutama saat aku tetap memutuskan untuk naik gunung. Sebab di tanggal yang bersamaan dengan tanggal aku naik gunung, kami telah merencanakan untuk berfoto dengan beberapa warga Tetelan yang telah membantu kami. Bahkan beberapa menit sebelum aku dan teman yang lain berkumpul di kecamatan untuk menunggu engkel, dia sempat menanyakan lagi apakah aku yakin untuk tetap ikut, mengingat jadwal foto yang telah dibuat. Dan aku begitu yakin untuk tetap naik, walau hati kecilku merasa tidak enak hati dengannya.
5. Vina Kartikawati
Entah kenapa, aku, Anggi, dan Vina sama-sama pernah memiliki pengalaman naik gunung. Bedanya, aku belum se-expert Anggi dan Vina. Fyi, Vina ini punya saudara kembar, KKN di unit yang sama dengan kami, hanya beda sub unit. Namun, mereka beda fakultas, Vina di FKG, kembarannya di Pertanian. Walaupun mengambil studi Kedokteran Gigi, dalam beberapa hal Vina terlihat lebih nyikologis dibanding diriku, terutama dalam dunia anak-anak. Baik di PAUD, SD, maupun sekitar pondokan, dia menjadi favorit bagi anak-anak, menjadi yang paling dicari oleh mereka. Entah bagaimana, dia punya banyak ide untuk menyenangkan hati mereka. Membuatku ingin berguru dengannya dalam hal itu. Selain itu, dia juga jago masak, sering bereksperimen untuk membuat sesuatu dan hasilnya so yummy. Walaupun dia mengaku jarang masak di rumah dan hanya sering melihat ibunya masak. Dia juga orang yang peduli terhadap orang lain, terutama terhadap kami. Seperti saat Anggi sedang sakit perut karena period, dia yang paling gerak cepat untuk membawa Anggi ke Puskesmas.
Fyi juga, di antara tiga perempuan Tetelan, hanya Vina yang pernah mencoba melajukan motornya di Tetelan, entah memboncengkan orang lain, atau sendirian. And it's so amazing, mengingat medan menuju Tetelan yang super duper menakjubkan.
Terus sesemester kmdian anggi dan mucin jadian tapi bbrp bulan kmdian putus.
ReplyDeleteKan sedih
ini siapa? wkwk
Delete