#11 Jangan Berandai
Sebagai manusia, yang seringkali kurang bersyukur, pasti pernah kita terpikir untuk menjadi orang lain. Orang yang kita anggap jauh lebih beruntung, jauh lebih bahagia dari kita.
“Pasti bahagia ya kalau jadi mereka,” pikir kita. Padahal belum tentu juga mereka “sebahagia” yang kita pikir. Di balik kebahagiaan yang mereka dapat pun pasti ada kesedihan yang tersembunyi.
Saat SD, aku sering terpikir untuk memiliki keluarga seperti keluarganya temanku. Sebab secara materi mereka jauh jauh lebih beruntung dari keluargaku. Namun, saat aku dewasa, aku menyadari pikiran itu salah sekali. Aku justru semakin bersyukur memiliki keluarga seperti keluarga. Tidak ada di dunia yang sempurna. Jadi, jangan mengharapkan keluarga yang sempurna. Karena secara individu saja kita banyak kekurangan.
Saat dewasa, terkadang aku masih berandai-andai. Andai aku bisa jadi temanku. Cantik, pintar, rajin, tercukupi secara finansial. Ya, namanya juga manusia. Selalu melihat dari luar, dari yang (terlihat) enaknya saja.
Walau begitu, ada banyak “what if” lainnya yang sering kupikirkan. Seperti, seandainya dulu saat mendaftar SNMPTN dan diterima di Akuntansi, apakah hidupku lebih baik dari sekarang?
Seandainya saat semester 2 aku tetap nekat mendaftar SBMPTN, apakah sekarang aku menjadi mahasiswa Akuntansi, bukan Psikologi?
Seandainya aku tidak masuk organisasi itu, tidak mengenalmu, apakah prinsipku tetap lurus dan tidak tergoyahkan?
Seandainya aku tidak menjadi mahasiswa Gadjah Mada, apakah aku bisa mengenalmu, dia, mereka, dan kalian?
Dan seandainya aku bisa kembali ke masa lalu dengan hanya mengucap, “Renovatio, renovatio, renovatio” seperti dalam drama Operational Proposal, kuingin melakukannya. Mengubah semuanya, mengubah keadaan. Menutup semua pintu akses yang mempertemukanku dan kamu atau dia. Namun, drama hanyalah drama, bukan realita sebenarnya.
Masih banyak “what if” lainnya yang tanpa sadar terpikir dan terkadang membuatku merasa tidak bersyukur. Semakin ke sini, aku semakin yakin bahwa Allah telah merancang ini. Maha Penulis Skenario Hidup terbaik. Dia tahu apa yang terbaik untuk kita, dengan apa atau siapa kita dapat mempelajari kehidupan ini. Dan masih banyak kejutan yang Dia simpan untuk kita. Tinggal kita bersabar untuk menantikannya. Tidak perlu berekspektasi tinggi karena kamu akan kecewa. Cukup yakinlah bahwa Allah punya kejutan terbaik untukmu. Percayalah. Dan jangan terlalu sering berandai-andai karena bisa jadi kamu pun akan mengalami kekecewaan.
***
Yogyakarta, 15 November 2016
No comments: