#10 Goblin: Sampai Jadi Debu
Sepuluh abad yang lalu, masa Dinasti Goryeo
merupakan masa yang kelam bagi warga Korea. Pertempuran terjadi di mana-mana. Bukan hanya
terjadi di medan peperangan, tetapi juga di lingkungan kerajaan. Mata yang
terbutakan oleh kebencian dan rasa dengki. Serta telinga yang hanya mau
mendengar penasehat yang berbisik kekuasaan. Membuat Wang Yeo, sang raja muda
tega menyuruh para pengawalnya untuk membunuh Kim Shin, jenderal kerajaan yang
paling setia. Sekaligus kakak ipar Wang Yeo.
Tepat setelah Kim Shin kembali dari medan perang,
setelah membawa kemenangan untuk kerajaan. Peristiwa menyedihkan itu pun tak
terelakkan. Bukan sambutan selamat datang, bukan perayaan kemenangan yang
diterima oleh Kim Shin ketika dia memasuki istana kerajaan. Justru sodoran anak
panah para pengawal kerajaan yang menyambutnya, menjadikannya target sasaran. Kim
Shin tidak gentar, langkahnya tetap mantap melewati berbagai pengawal yang
bersiap memanahnya. Kim Shin tetap berjalan menghampiri Sang Paduka, Wang Yeo.
Melewati Kim Sun, sang adik yang berdiri tegak di pelataran istana. Tidak ada
tegur sapa di antara mereka, bahkan Kim Shin memalingkan muka. Seketika Kim Sun
tergugu, membeku tidak percaya. Matanya mulai berkaca-kaca. Mulutnya ingin
membuka, ingin mengucap kata maaf pada sang kakak. Namun, takdir berkata lain. Anak
panah lebih dulu menembus jantung Kim Sun sebelum sepatah kata terucap. Kim Sun
tergeletak di pelataran istana. Seketika membuat langkah Kim Shin terhenti.
“Ahjussi…”
Ji Eun Tak menatap Kim Shin dengan iba. Dia tidak mampu berkata apa-apa lagi
setelah Kim Shin menceritakan masa lalunya yang menyedihkan.
Kim Shin mendongakkan kepalanya. Lalu tersenyum
kepada Ji Eun Tak. “Ya?”
Ji Eun Tak menggelengkan kepalanya perlahan. “Tidak
apa-apa. Masa lalumu sungguh menyedihkan. Lebih menyedihkan dari kisah masa
kecilku yang ditinggal Eomma.”
Kim Shin kembali tersenyum. Tangannya menyentuh
kepala Ji Eun Tak lalu mengusap rambutnya perlahan. Seketika membuat Ji Eun Tak
salah tingkah. Wajahnya sudah merah padam.
“Apakah kisah masa lalumu itu ada hubungannya
dengan pedang yang menancap di perutmu?”
Pertanyaan Ji Eun Tak membuat tangan Kim Shin
terhenti. Berganti menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Pertanyaan Ji Eun Tak
sungguh membuat Kim Shin bingung. Dan pada akhirnya dia hanya mengangguk.
“Apa yang akan terjadi kalau aku berhasil mencabut
pedang itu dari perut Ahjussi?”
Pertanyaan kedua Ji Eun Tak sempurna membuat Kim Shin gelagapan.
“Ummm…Kalau kamu berhasil mencabut pedang itu, aku
akan menjadi…”
Kim Shin bingung bagaimana menjawabnya. Apakah dia
harus mengatakan yang sesungguhnya pada Ji Eun Tak. Perempuan yang ditakdirkan
menjadi pengantinnya, yang perlahan
membuatnya jatuh cinta.
“Aku akan menjadi?” Ji Eun Tak menagih jawaban.
“Aku akan menjadi…tampan.”
Ji Eun Tak mengembuskan napas lega. Apalagi Kim
Shin. “Kukira Ahjussi akan menjadi
apa.” Ji Eun Tak terkekeh. Sementara Kim Shin tertawa canggung. Ada perasaan
bersalah yang menggerogotinya.
“Kalau begitu kapan kita mulai?” Ji Eun Tak berseru
riang.
Kim Shin tersentak. “Mulai apa?”
“Mencabut pedangnya.”
Kim Shin menelan ludah. Kembali menggaruk
kepalanya. “Sa…at salju pertama turun?”
“Baiklah. Saat salju pertama turun.” Ji Eun Tak
kembali berseru riang. Langsung menyambar tangan Kim Shin. Menjabat tangannya. “Janji?” Kim Shin mengangguk.
“Aku sungguh tidak sabar menunggu salju pertama
turun. Aku sungguh tidak sabar untuk menjadikan Ahjussi tampan,” seru Ji Eun Tak.
Sementara Kim Shin hanya tersenyum canggung.
***
Beberapa hari setelahnya Ji Eun Tak selalu menagih
kesempatan mencabut pedang pada Kim Shin. Namun, Kim Shin selalu mengelak. Ada saja
alasan yang dia berikan kepada Ji Eun Tak. Entah karena cuacanya yang buruk,
bahkan saat cuacanya sedang baik.
“Kamu tidak ingin mengatakan yang sebenarnya pada
Ji Eun Tak?” Grim Reaper menghampiri
Kim Shin yang sedang melamun di halaman belakang. Membawakan dua jus jeruk
untuk mereka.
Tanpa disuruh, Kim Shin mengambil jus jeruk itu
dari tangan Grim Reaper. “Terima
kasih untuk jusnya.” Kemudian Kim Shin menggelengkan kepalanya, “Aku tidak akan
mengatakan yang sebenarnya pada Ji
Eun Tak. Aku takut membuatnya sedih.”
Grim Reaper tidak
berkata apapun. Dia hanya menatap lekat Kim Shin.
“Hey hey, kenapa kamu melihatku seperti itu?”
Grim Reaper menggeleng.
“Kisah cinta kita sama menyedihkannya.”
“Grim Reaper…”
Kali ini giliran Kim Shin yang menatap lekat Grim Reaper.
Minggu-minggu terakhir musim semi, tingkah Kim Shin
mulai berubah. Tiba-tiba dia memberi banyak hadiah kepada Ji Eun Tak, Presiden
Direktur Yoo, Deok Hwa, bahkan Grim
Reaper—yang seringkali tidak akur dengannya.
“Ahjussi serius
memberikan ini semua kepadaku?” Ji Eun-Tak tidak percaya Kim Shin memberikan
sepatu dan parfum mahal serta uang tunai 5000 Won kepadanya.
Kim Shin tersenyum menggoda. Mengusap pelan
rambutnya sendiri. “Iya, ini semua untukmu, untuk bekal kuliahmu nanti.
Ji Eun Tak sudah kegirangan, memegang tangan Kim
Shin. “Terima kasih banyak Ahjussi.”
Sementara kepada Presiden Direktur Yoo, Kim Shin
memberikan surat rumah serta berbagai surat kepemilikan perusahaan miliknya.
Kepada Deok Hwa, Kim Shin mengembalikan kartu kredit milik Deok Hwa. Kartu kredit
yang selama ini ditahan oleh Kim Shin. Sementara kepada Grim Reaper, Kim Shin memberikan 3 bongkah emas murni.
“Ini saatnya. Apakah kamu sudah siap?”
“Tentu saja Ahjussi.
Aku sudah siap untuk segera menjadikanmu tampan.”
Kim Shin tersenyum sinyul. Memegang erat tangan Ji
Eun Tak lalu membawa gadis itu ke pintu rumah mereka. Kim Shin membuka pintu
tersebut. Dan dalam sekejap mereka telah berpindah ke alam terbuka. Sekeliling mereka
hanya ada satu pohon besar, padang ilalang, serta kerlip bintang yang memenuhi
langit. Hawa dingin perlahan menyentuh tubuh mereka. Ji Eun Tak segera membetulkan
syal merahnya dan mengikat tali
jaketnya.
“Ji Eun Tak…”
“Ya?”
“Kamu sungguh sudah siap untuk mencabut pedang itu
dariku?”
Ji Eun Tak mengangguk dengan mantap. “Pasti Ahjussi. Aku sudah siap untuk mencabut
pedang itu dan menjadikan Ahjussi tampan.”
Kim Shin tersenyum. “Baiklah. Kalau begitu,
dengarkan aku baik-baik.”
Ji Eun Tak memasang telinga, bersiap mendengar
perkataan Kim Shin.
“Ji Eun Tak, bagiku setiap kesempatan yang kulalui
bersamamu selalu bersinar. Karena cuacanya baik, karena cuacanya buruk, dan
karena cuacanya cukup baik. Aku sangat menyukai kesempatan itu. Selain itu,
apapun yang terjadi, itu bukan kesalahanmu.”
Mata Ji Eun Tak tiba-tiba berkaca. “Kenapa
kata-katamu begitu menyedihkan? Apakah kamu benar-benar akan berubah menjadi
sapu?”
Kim Shin tertawa mendengarnya. “Itu tidak akan
terjadi.”
“Syukurlah. Kalau begitu, aku akan mencabut pedang
itu sekarang.”
Jantung Kim Shin berdegup kencang. Kesempatan ini
pun akhirnya datang setelah dia hidup 900 tahun lebih. Kini Kim Shin telah siap
untuk menerima segala kenyataan yang akan terjadi padanya. Termasuk kehilangan
Ji Eun Tak, pengantinnya.
Pedang itu perlahan mulai terlihat menusuk perut
Kim Shin. Sinar berwarna biru terlihat menyelimuti pedang. Ji Eun Tak berjalan
perlahan mendekati Kim Shin. Tangannya telah bersiap menyentuh pedang itu.
“Aku bisa memegangnya,” teriak Ji Eun Tak.
“Segera cabut.” Ji Eun Tak mengangguk. Tangannya semakin
erat memegang gagang pedang. Seluruh kekuatan dia kerahkan untuk mencabut pedang
itu. Perlahan pedang itu mulai tercabut. Kim Shin mulai mengerang kesakitan.
“Aku berhasil mencabut pedangnya.” Ji Eun Tak
kembali berteriak kegirangan. Sementara itu Kim Shin masih mengerang, memegang
perutnya, dan tubuhnya pun terjatuh ke tanah.
“Ahjussi…”
Hanya sekejap, kegirangan Ji Eun Tak berubah menjadi kesedihan.
“Ji Eun Tak, jaga dirimu baik-baik. Terima kasih
untuk segala kesempatan yang kita lalui.”
Ji Eun Tak sudah terisak. Menggelengkan kepalanya cepat,
tidak percaya dengan yang terjadi pada Kim Shin. “Tidak, Ahjussi.” Terlambat, tubuh Kim Shin mulai memudar. Menggumpal menjadi
debu. Namun, sebelum Ji Eun Tak sempat menyentuhnya, angina telah lebih dulu
menerpa debu itu. Membawanya ke langit.
“AHJUSSI…”
Ji Eun Tak berteriak lagi. Kali ini lebih kencang. Dan sia-sia, Kim Shin tidak
akan kembali.
Masih penasaran blm kelar juga
ReplyDeletengikutin juga? wkwk. Masih 4 episode lagi, haha.
Delete