Timeline "Letter and Memory": Tentang Cinta dan Impian
Judul: Timeline "Letter and Memory"
Pemain: Jirayu Tangsrisuk, Jarinporn Junkiat, Piyatida Mitteeraroj, Noppachai ChaiyanamGenre: Drama komedi
Sutradara: Nonzee Nimibutr
Tanggal rilis: 13 Februari 2014
Durasi: 135 menit
Produksi: Sahamongkol Film International
"Hidup kita penuh hal tak pasti. Jadi, ambillah peluang untuk melakukan sesuatu yang kita sukai."-June
Apakah impian dalam hidupmu? Apakah mewujudkan impian dari orang yang kita cintai tidak dapat dianggap sebagai impian kita sendiri? Apakah mewujudkan impian orang yang kita cintai membuat kita lupa akan mimpi kita sendiri? Timeline "Letter and Memory", salah satu film bergenre drama komedi asal Thailand ini mengajarkan tentang cinta dan mimpi, mewujudkan mimpi orang yang kita cintai.
Tan (Jirayu Tangrisuk), sejak kecil hanya tinggal berdua dengan Mat (Piyatida Mitteeraroj), sang ibu. Semenjak Thun, sang suami meninggal, Mat telaten mengurus kebun arbei peninggalan suaminya. Sesekali Tan ikut membantu sang ibu di kebun. Sejak kecil, saat Tan sedang duduk bersama dengan sang ibu, Tan membacakan ulang tiap surat yang ditulis ayahnya. Usai lulus SMA, Tan diterima di fakultas jurnalistik salah satu universitas di Bangkok. Awalnya Mat menentang keputusan anaknya tersebut karena dia ingin Tan berkuliah di fakultas pertanian. Beberapa hari Mat dan Tan tidak saling bicara hingga akhirnya Mat mengatakan kalau dia merestui Tan berkuliah di Bangkok. Demi mendengar hal itu, Tan loncat memeluk sang ibu.
Kehidupan di Bangkok cukup banyak mengubah perilaku dan penampilan Tan. Di Bangkok dia juga bertemu dengan June (Jarinporn Junkiat), gadis ceria yang juga terlambat di hari pertama masa pengenalan kampus. Berkat itu pula Tan dan June mulai dekat, terlebih mereka sama-sama suka bersepeda dan suka dengan anjing. Bahkan mereka merawat seekor anjing yang ditemukan di kafe yang sering mereka datangi. Kedekatan mereka ternyata membuat June menyukai Tan, tetapi tidak dengan Tan. Tan justru menyukai Orn--kakak perempuan June--yang tidak sengaja bertemu usai Tan dan June menonton film buatan Orn. Tan pun meminta bantuan June untuk mendekati Orn hingga Tan pun dekat dengan Orn. Melakukan apapun demi dekat dengan Orn, sekalipun itu bukan hal yang sebenarnya Tan ingin lakukan. Walau begitu, Tan tetap selalu bercerita pada June, termasuk ketika dia menerima tawaran bermain peran. June selalu mengingatkan tentang mimpi kepada Tan, tetapi Tan tidak mengindahkan June. Tan jarang mendengarkan June, bahkan dia tidak tahu jika June mendapat beasiswa ke Jepang.
Berkali-kali bersama Orn ternyata membuat Tan sadar kalau dia hanya dimanfaatkan oleh Orn. Di tengah kegalauan memikirkan Orn, Tan mendapat kabar kalau sang ibu jatuh sakit. Tan pun bergegas pulang ke Chiang Mai dan merawat sang ibu hingga sembuh. Suatu ketika, Tan menemukan surat-surat yang ditulis Mat untuk sang suami. Dari surat itu Tan sadar kalau ibunya sangat mencintainya.
Film Timeline "Letter and Memory" memberi banyak pelajaran mengenai cinta dan mimpi. Bahwa terkadang kita terlalu mengharapkan cinta dari orang lain yang ternyata tidak menganggap kita berarti. Hanya menganggap kita sebagai orang yang pernah membantunya. Bahwa terkadang kita tidak menyadari kalau ada seseorang yang selalu mendukung dan mengingatkan kita tentang mimpi, tentang masa depan. Karena kita terlalu sibuk mengharapkan orang lain. Bahwa terkadang kita tidak menyadari betapa sayangnya orangtua, khususnya ibu kepada kita. Betapa keras pengorbanan mereka untuk masa depan anaknya. Bahwa terkadang kita terlalu sibuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak kita suka hanya untuk dekat dengannya. Dan yang terpenting, film ini mengajarkan bahwa mewujudkan impian orang yang kita cintai dapat memberi kita kebahagiaan dan menjadikan impian itu sebagai impian kita.
Kehidupan di Bangkok cukup banyak mengubah perilaku dan penampilan Tan. Di Bangkok dia juga bertemu dengan June (Jarinporn Junkiat), gadis ceria yang juga terlambat di hari pertama masa pengenalan kampus. Berkat itu pula Tan dan June mulai dekat, terlebih mereka sama-sama suka bersepeda dan suka dengan anjing. Bahkan mereka merawat seekor anjing yang ditemukan di kafe yang sering mereka datangi. Kedekatan mereka ternyata membuat June menyukai Tan, tetapi tidak dengan Tan. Tan justru menyukai Orn--kakak perempuan June--yang tidak sengaja bertemu usai Tan dan June menonton film buatan Orn. Tan pun meminta bantuan June untuk mendekati Orn hingga Tan pun dekat dengan Orn. Melakukan apapun demi dekat dengan Orn, sekalipun itu bukan hal yang sebenarnya Tan ingin lakukan. Walau begitu, Tan tetap selalu bercerita pada June, termasuk ketika dia menerima tawaran bermain peran. June selalu mengingatkan tentang mimpi kepada Tan, tetapi Tan tidak mengindahkan June. Tan jarang mendengarkan June, bahkan dia tidak tahu jika June mendapat beasiswa ke Jepang.
Berkali-kali bersama Orn ternyata membuat Tan sadar kalau dia hanya dimanfaatkan oleh Orn. Di tengah kegalauan memikirkan Orn, Tan mendapat kabar kalau sang ibu jatuh sakit. Tan pun bergegas pulang ke Chiang Mai dan merawat sang ibu hingga sembuh. Suatu ketika, Tan menemukan surat-surat yang ditulis Mat untuk sang suami. Dari surat itu Tan sadar kalau ibunya sangat mencintainya.
Film Timeline "Letter and Memory" memberi banyak pelajaran mengenai cinta dan mimpi. Bahwa terkadang kita terlalu mengharapkan cinta dari orang lain yang ternyata tidak menganggap kita berarti. Hanya menganggap kita sebagai orang yang pernah membantunya. Bahwa terkadang kita tidak menyadari kalau ada seseorang yang selalu mendukung dan mengingatkan kita tentang mimpi, tentang masa depan. Karena kita terlalu sibuk mengharapkan orang lain. Bahwa terkadang kita tidak menyadari betapa sayangnya orangtua, khususnya ibu kepada kita. Betapa keras pengorbanan mereka untuk masa depan anaknya. Bahwa terkadang kita terlalu sibuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak kita suka hanya untuk dekat dengannya. Dan yang terpenting, film ini mengajarkan bahwa mewujudkan impian orang yang kita cintai dapat memberi kita kebahagiaan dan menjadikan impian itu sebagai impian kita.
No comments: