Tentang Hashtag dan Caption
Selama ini, aku tidak pernah sekalipun mempermasalahkan tagar atau caption yang ditulis netizen di akun media sosialnya, terutama di Instagram. Sebanyak apapun tagarnya, sepanjang apapun caption-nya. Namun, entah kenapa kemarin aku begitu kesal dengan dua hal tersebut.
Aku termasuk orang yang penasaran, terutama soal penyakit. Aku sering googling untuk mencari tahu apa itu GERD, Gastritis Erosi Antral, Infeksi Saluran Kencing, Hyperlordosis Cervicalis, berbagai gangguan psikologis, atau penyakit-penyakit lainnya. Pun aku juga sering mencari tahu apa itu endoskopi, rontgen, USG. Termasuk kemarin, aku iseng mencari informasi di Instagram dengan kata kunci ‘#lordosis’ karena aku ingin tahu lebih tentang lordosis. Ingin tahu lebih bagaimana bentuk leher yang normal. Ternyata aku menemukan cukup banyak orang yang menggunakan tagar tersebut. Setelah aku klik, kupikir aku mendapat informasi yang ingin kucari, ternyata tidak. Hanya satu foto yang berisi hasil rontgen leher. Hasilnya serupa dengan yang kupunya. Selebihnya ternyata tagar itu hanya unggahan foto seseorang atau segerombolan orang yang menggunakan tagar ‘lordosis’. Bahkan ada juga yang menulis caption ‘mencoba bergaya lordosis’.
Sejujurnya, saat membaca caption itu aku tertawa kecut. Lucu po suatu penyakit dijadiin caption gitu? pikirku. Aku jadi kesal sendiri karena aku sedang mengalaminya tapi ternyata banyak orang yang menggunakan tagar itu dalam unggahan foto. Aku jadi berpikir apakah ‘lordosis’ memiliki makna lain, selain gangguan pada tulang.
Mungkin bagi orang yang tidak mengalami penyakit yang ada dalam tagar atau caption, tidak akan mempermasalahkan. Namun, bagi yang mengalaminya? Pasti akan merasa kesal. Pasti akan mengatakan ke orang-orang tersebut, “Memangnya enak sakit? Memangnya enak minum obat terus? Kamu belum tahu saja bagaimana rasanya kena penyakit itu.”
***
Catatan: Maafkan atas kekesalan ini.
No comments: