Seminar Akbar Parenting School: Empat Jam Menjadi Pengasuh Anak
Ada banyak hikmah dari setiap kejadian. Ada banyak rahasia di balik tempat-tempat yang kita datangi, singgahi, atau tinggali. Seringkali kita bertanya, seringkali kita menerka, kenapa aku di sini? Namun, jika ditelisik lebih jauh, direnungi lebih dalam, pasti ada rencana baik--bahkan terbaik--yang telah Allah siapkan untuk hamba-Nya. Seperti yang pernah kuceritakan sebelumnya bahwa aku tidak pernah berencana dan membayangkan akan bekerja menjadi pustakawan, yang selain mengurus buku juga secara tidak langsung "mengurus" anak. Setelah kurenungi terus-menerus, mungkin itu salah satu cara Allah untuk kembali meyakinkan mimpiku menjadi seorang psikolog anak. Mengulik kembali alasanku mengapa aku ingin menjadi psikolog anak. Pun cara Allah untuk menyentilku bahwa masalah psikologi ada di sekitarku. Jadi harus belajar lebih banyak dan baca ulang buku-buku psikologi perkembangan.
Selain "mengurus" anak ketika jam kerja, aku dan pegawai serta pengajar Rumah BaCa juga mendapat kesempatan untuk mengisi stand dan menjadi supervisor pementasan mini drama. Kebetulan, Sabtu tanggal 7 Oktober lalu kami diberi kesempatan mengisi acara pementasan mini drama ketika Seminar Akbar Parenting School SDIT LHI. Sekaligus mengurus ratusan anak selama empat jam ketika di jam bersamaan para orang tua murid menghadiri seminar mengenai parenting. Sebelumnya kami telah diberi jobdesc masing-masing. Namun, di hari H, suasanya sangat riweuh. Aku sendiri bertugas sebagai pengambil anak untuk diserahkan ke para pemandu. Ekspektasiku, semuanya berjalan sangat mudah, kan cuma ngambil anak. Sayangnya, realita terkadang memang tidak seindah ekspektasi. Mengambil anak dari orang tua mereka ternyata sangatlah tidak mudah. Butuh bujuk rayu yang kuat untuk meyakinkan mereka ikut dengan kami. Terlebih jika anak tersebut pemalu dan/atau tidak mau lepas dari orang tuanya. Sampai beberapa orang tua ikut bersama kami mengantar para anak ke masjid, tempat latihan pementasan mini drama dilakukan. Alhamdulillah-nya, satu per satu anak pun mau ikut bersama kami, dibawa dari lantai 3 Gedung Asri Medical Center--tempat seminar parenting--menuju masjid yang masih satu kompleks dengan AMC.
Ketika semua anak sudah di masjid, rencananya aku ingin ke sana juga untuk melihat latihan pementasannya. Dari kejauhan sudah terlihat betapa ramainya anak-anak ketika "latihan". Namun, belum sampai aku memasuki pintu gerbang masjid, ada beberapa anak yang minta diantar ke lantai 3. Alasannya karena ingin ke toilet atau ingin minum. Padahal alasan sebenarnya karena ingin bertemu sang ibu. Bahkan ada yang sempat menangis karena ingin bertemu dengan ibunya. Itu terjadi beberapa kali hingga aku baru benar-benar dapat masuk ke dalam masjid di menit-menit terakhir menuju pementasan.
Sekitar jam 11 pementasan akan dimulai. Pemandu dan para anaknya, serta beberapa supervisor pun bergegas menuju lantai 3. Sementara itu, aku dan seorang supervisor yang lain, yang tadinya bertugas menjadi penjaga pintu lantai 3 ketika pementasan, tiba-tiba berganti jobdesc menjadi pembersih masjid, membantu takmir masjid membersihkan kertas-kertas dan sampai lain yang berserakan di area masjid. Saat itu, aku merasa sedih karena tidak dapat melihat pementasan anak-anak yang aktifnya luar biasa. Namun, ketika pementasan usai, ketika supervisor dan pemandu makan siang bersama, beberapa supervisor yang lain bercerita tentang kondisi ketika pementasan. Walau pementasannya tidak sempurna, tetapi para anak sudah berani untuk tampil di depan orang, di depan para orang tua murid dan para ustadz/ustadzahnya.
Hikmah yang kuambil dari kegiatan tersebut yaitu bahwa memang yang di lapangan seringkali tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Bahwa setiap anak tidaklah sama, memiliki daya kreatifitasnya masing-masing. Bahwa mengurus anak memanglah tidak mudah, jadi bersiaplah ketika sudah menikah nanti.
No comments: