Hujan Kala Pagi
Hari ke #21
Minggu pagi ini aku bangun di antara Mariko dan Kuroko. Dua kucingku yang masih saja terlelap di atas kepik-kepik. Di keheningan pagi ini, sayup terdengar rintik hujan yang kian menderas. Sepertinya langit hari ini akan selalu sendu.
Tiba-tiba Mariko terbangun. Kucing tiga warna itu menatapku dengan mata setengah mengantuknya. Sepertinya dia merasa terganggu dengan gerakanku ketika beranjak dari kepik-kepik. Aku terpaksa beranjak agar tidak tergoda terlelap kembali. Terlebih suasana pagi ini begitu menyejukkan. Ketika ku mematung di depan pintu rumah yang tak berkorden, ternyata langit tidak hanya mengirimkan hujan. Melainkan angin yang cukup kencang. Bahkan plang toko seberang terlihat melambai-lambai, seolah ingin memeluk tiang listrik--di sebelahnya.
Aku menatap ngeri. Takut kalau kejadian akhir November lalu terulang kembali. Namun, kengerianku itu sekejap sirna ketika kuingat banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan pagi ini. Aku segera mengambil berbagai alat perang, termasuk ponsel kesayangan. Lalu aku bergegas menyelesaikan satu per satu pekerjaan dengan begitu semangat, asalkan diiringi musik dangdut.
No comments: