Tentang Menulis: Bahagianya Menemukan Minat Sedari Kecil
Hari ke #6
Bulan November tahun lalu, FLP Wilayah Yogyakarta dan Perpustakaan Kota Jogja meluncurkan buku Petualangan Birdy dan Cerita-cerita Lainnya yang merupakan karya anak-anak Sanggar Menulis Cahaya (SMC) Angkatan 9. Jika sekadar membaca buku tersebut tanpa memedulikan siapa yang menulisnya, mungkin akan banyak yang mengkritik. Baik dari segi bentuk tulisan, alur cerita, diksi, kelogisan cerita. Seperti, "kok tulisannya dialog semua? Gak ada narasinya?" Namun, jika kita tahu bahwa buku tersebut ditulis oleh anak-anak yang baru duduk di bangku sekolah dasar, pasti kita akan memakluminya. Bahkan akan memberi apresiasi yang bagus.
Bulan November tahun lalu, FLP Wilayah Yogyakarta dan Perpustakaan Kota Jogja meluncurkan buku Petualangan Birdy dan Cerita-cerita Lainnya yang merupakan karya anak-anak Sanggar Menulis Cahaya (SMC) Angkatan 9. Jika sekadar membaca buku tersebut tanpa memedulikan siapa yang menulisnya, mungkin akan banyak yang mengkritik. Baik dari segi bentuk tulisan, alur cerita, diksi, kelogisan cerita. Seperti, "kok tulisannya dialog semua? Gak ada narasinya?" Namun, jika kita tahu bahwa buku tersebut ditulis oleh anak-anak yang baru duduk di bangku sekolah dasar, pasti kita akan memakluminya. Bahkan akan memberi apresiasi yang bagus.
Meski beberapa bagian aku merasa kurang sreg, tetapi aku tidak henti berdecak kagum ketika membaca buku tersebut. Pertama, sebagian besar cerita dalam buku tersebut memiliki ide yang sangat bagus dan tidak terpikir olehku. Hal itu sangat perlu untuk diapresiasi. Terlebih ketika mereka--anak-anak SMC #9, terutama yang intermediate--memiliki keinginan kuat untuk menulis novel. Sebuah karya yang memerlukan napas panjang kalau kata mentorku. Sebab, menemukan ide merupakan sebuah hal yang seringkali sulit dilakukan, padahal ide itu seperti pondasi rumah cerita kita. Setelah menemukan ide, tahap selanjutnya yaitu membuat kerangka atau alur tiga babak. Meski bagi anak-anak mungkin hal tersebut agak sedikit rumit. Namun, salah seorang "muridku" di SMC kelas intermediate menuliskan kerangka dari novel yang dibuatnya. Kala itu aku sampai membatin, "What? Kamu menulis kerangkanya?"
Kedua, aku ikut merasa senang mereka telah menemukan minatnya sedari kecil, yaitu menulis. Hal yang tidak mudah. Sebab kutahu bahwa itu memerlukan proses. Mulai dari pembentukan kebiasaan membaca dari orang tua dan lingkungan sekitar. Hingga pada akhirnya mereka memiliki minat baca dan secara tidak langsung berdampak terhadap minat menulisnya. Mulai dari "paksaan" orang tua, hingga akhirnya tanpa "dipaksa" pun mau membaca, mau menulis.
Aku jadi teringat akan masa kecilku yang tidak "dipaksa" untuk gemar membaca. Namun, rasa penasaranku yang kala itu cukup tinggi, menggugahku untuk membaca buku milik Bapak. Meski sebagian besar merupakan buku tentang keguruan dan buku non fiksi lainnya. Selain itu, aku juga dikenalkan majalah Bobo oleh teman karibku. Meski tidak berlangganan, hampir tiap pekan aku selalu membelinya. Kalau uang jajanku tidak cukup membelinya, biasanya aku pinjam milik teman karibku itu. Akan tetapi, aku tidak ingat sejak kapan aku menyadari kalau aku suka menulis. Satu yang pasti, ketika sekolah dasar aku pernah menulis cerita pendek--sangat pendek, bentuknya seperti Arena Kecil kalau di Bobo.
Dan hal terpenting dari semuanya yaitu mereka difasilitasi dan didukung penuh oleh orang tua mereka. Seperti rela menunggu anaknya yang sedang belajar menulis atau dibelikan buku yang disukai sang anak. Sebab, banyak di luar sana yang tidak mendapat fasilitas dan dukungan terhadap minat mereka dari orang sekitar. Jadi, bersyukurlah dan berbahagialah kamu yang telah menemukan minatmu, apalagi ketika orang-orang mendukungmu.
No comments: