Teringat Senja, Teringat Kematian
Hari ke #14
Hari ini aku serasa diingatkan kembali untuk tidak mengejar dunia, "untuk apa sih mengejar dunia?" Padahal hidup di dunia ini sifatnya sementara, sekadar singgah. Pun segala yang manusia lakukan selama di dunia akan dimintai pertanggungjawabannya. Semua indera, semua organ tubuh akan berbicara.
Tiba-tiba aku teringat akan senja. Senja yang dikagumi banyak orang. Senja yang dijadikan inspirasi untuk membuat karya. Senja yang mengingatkanku akan mentari yang tengah bersiap kembali ke peraduannya. Menatapnya, membuatku mengerti bahwa mentari mengalami proses terbit-terik-tenggelam. Sama halnya dengan manusia yang mengalami tahap perkembangan, dari masa bayi hingga masa dewasa akhir. Sama halnya dengan manusia yang nantinya akan mengalami "kembali ke peraduannya"--kembali ke Sang Maha.
Beda halnya dengan mentari, tidak semua manusia akan mengalami masa dewasa akhir. Bisa saja seseorang "kembali ke peraduannya" ketika baru memasuki masa dewasa awal. Ketika usia sedang produktif-produktifnya, ketika semangat telah menggelora untuk berkarya. Sayangnya, tidak ada seorang pun yang tahu kapan akan "kembali ke peraduannya". Aku jadi teringat sebuah perkataan bahwa manusia tidak dapat merencanakan bagaimana dia lahir, tetapi manusia dapat merencanakan bagaimana dia akan "kembali ke peraduannya". That's why, bukan hanya pernikahan yang perlu dipersiapkan, tetapi juga kematian.
Hmm, jadi ikut merenung
ReplyDeleteHihi
Delete