Keteladanan dalam Sebuah Buku
Judul : Sunnah Sedirham
Surga
Penulis : Salim A. Fillah
Penerbit : Pro-U Media
Tahun
terbit : 2017
Jumlah
halaman : 268
“Tundukkan nafsu dengan berlapar. Basuhi hati dengan istighfar. Lapangkan jiwa dengan belajar. Raih cinta-Nya dengan bersabar.”
Sebuah kalimat yang menjadi pemisah
antar babnya seakan menjadi pengingat bagi pembaca untuk mengelola hati.
Mengelolanya dengan terus beristighfar, berpuasa, terus belajar, dan juga
bersabar. Apalagi ketika membaca lembar demi lembar buku ini, banyak hikmah
yang dapat diambil dan menjadi pelajaran bagi para pembaca.
Buku Sunnah Sedirham Surga karya
Ustadz Salim A. Fillah ini merupakan kumpulan tulisan yang pernah Beliau
bagikan di media sosial. Setidaknya ada empat bab yang ada dalam buku ini,
yaitu Teladan Salaf untuk Para Mukallaf,
Belajar Bajik dari Ulama Klasik, Oratoria Para Kesatria, dan Belantara Cendekia Nusantara. Sebagian
besar buku ini berkisah tentang sunnah-sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah.
Sunnah-sunnah yang terlihat sepele dan sering terlupakan, tetapi mengandung
pahala yang tidak sedikit.
Salah
satu kisah yang menarik yaitu tentang Imam Abu Dawud, seorang penulis Kitab
Sunan. Ketika sedang berada di atas perahu penyeberangan di Sungai Daljah, dari
kejauhan Beliau mendengar suara bersin seorang tukang perahu yang kemudian
dilanjutkan dengan membaca hamdalah. Mendengar suara itu, Beliau segera
menghampiri sang tukang perahu dan menyerahkan uang satu dirham. Beliau pun
mendoakan tukang perahu tersebut dengan membaca yarhamukallah yang dibalas oleh sang tukang perahu dengan yahdikumullah. Ketika membaca kisah ini
akan membuat pembaca menyadari bahwa seringkali kita ingin melakukan sesuatu
yang besar. Ingin melakukan sesuatu yang terlihat memiliki pahala yang besar.
Namun, kita seringkali kita melupakan amalan-amalan kecil yang mungkin nilai
pahalanya lebih besar. Seperti halnya mengucap hamdalah ketika bersin dan mengucap
yarhamukallah ketika mendengar orang
bersin.
Selain kisah tersebut, ada
kisah-kisah lainnya yang memberi keteladanan bagi para pembaca. Seperti seseorang
yang berpura-pura tuli ketika mendengar seorang wanita (maaf) kentut di depan
publik agar dia dapat menutupi aib sang wanita. Karena kejadian tersebut hingga
belasan tahun kemudian dia dikenal sebagai seorang yang tuli hingga sang wanita
tersebut meninggal.
Saya berdecak kagum setiap kali
membaca lembar demi lembar buku ini. Sebuah buku yang tidak hanya berisi
kisah-kisah menarik, tetapi juga kisah penuh keteladanan. Membuat setiap yang
membacanya akan mendapat energi positif dan terus berkaca. Kelebihan buku ini
yaitu bagaimana apiknya Salim A. Fillah menceritakan tentang kejadian sehari-hari
dengan cerita pada zaman nabi dulu. Membaca buku ini terasa seperti sedang
membaca buku sirah tokoh-tokoh Islam zaman nabi. Namun, bahasa yang digunakan
sangat indah dan ringan sehingga dapat dengan mudah ditangkap oleh semua
kalangan.
Satu hal yang menjadi kekurangan buku ini adalah
beberapa cerita yang diulang di kisah selajutnya. Namun, agaknya kekurangan
tersebut tertutupi oleh kepiawaian Salim A. Fillah dalam menuliskan kejadian sehari-hari
dengan cerita pada zaman nabi dulu.
No comments: