Perempuan yang Bekerja Part 2
Hari ke #206
Meski tidak bekerja secara formal, sebenarnya perempuan masih dapat bekerja. Di sekitarku ada beberapa perempuan yang tetap berpenghasilan meski tidak bekerja secara formal. Sosok yang pertama adalah ibuku sendiri. Sejak aku kecil, ibu memang suka berjualan. Sewaktu aku SD-semester awal kuliah, ibu berjualan gorengan di depan rumah. Mendoan penyet menjadi yang paling dicari, terutama oleh anak kos yang tinggal di sekitar rumah.
Sayangnya, di tahun pertama aku kuliah, jalan depan rumah mengalami pelebaran. Akibatnya hanya beberapa meter sisa "halaman" depan rumah. Namun, sisa "halaman" tersebut membuat ibu tidak bisa berjualan lagi. Akhirnya, ibu banting setir menjadi berjualan gorengan--dan sekarang ditambah berjualan sembako--di pasar kecil belakang rumah. Selain itu, ibu juga gemar membuat tas dari tali kur dan benang-yang-kutak-tahu-namanya-apa. Sebagai perempuan, aku merasa tidak "perempuan banget" karena tidak dapat melakukan kemampuan motorik halus semacam menjahit seperti itu. Ibu memang sosok perempuan yang menjadi panutanku. Sosok perempuan yang tidur paling akhir, bangun paling awal. Sosok perempuan yang tangguh, jarang mengeluh, dan kreatif.
Sosok kedua yang menjadi panutanku adalah bu bos di tempat kerjaku dulu (Rumah BaCa). Meski tidak bekerja secara formal, tapi bu bos menjadi pengajar di Rumah BaCa, pun berjualan berbagai macam barang. Dari makanan hingga pakaian. Bu Bos selalu mengingatkanku, bahwa meskipun tidak bekerja, perempuan itu tetap harus berpenghasilan. Setidaknya dengan berpenghasilan, perempuan bisa membantu suaminya. Pun membantu kehidupan dalam rumah tangga. Salah satu caranya yaitu dengan berjualan. Kata Bu Bos, berjualan dapat membuka banyak pintu rezeki yang terkadang tidak terduga akan datang ketika kita membutuhkannya. Namun, masalah bekerja atau tidak, secara formal maupun tidak, kembali lagi kepada keinginan sang perempuan dan kesepakatan dengan pasangan.
.
📷 by Bapak.
#jurnal365 #riasrise #206of365
No comments: