Memudahkan Urusan Orang Lain
Hari ke #222
Petang tadi selepas maghrib di suatu masjid, Mas bercerita tentang dirinya yang bertemu seseorang yang meminta bantuan untuk membeli obat. Mendengar cerita Mas aku langsung skeptis dengan seseorang tersebut. Ragu apakah seseorang tersebut benar-benar memerlukan bantuan atau tidak. Keraguan ini mungkin dampak dari banyaknya modus penipuan dengan meminta bantuan untuk pulang atau berobat seperti itu. Sehingga terkadang aku pribadi jadi tidak tahu mana yang benar-benar membutuhkan, mana yang memang sedang menipu kita. Pun menjadi skeptis ketika berpapasan dengan orang yang seperti itu. Di satu sisi ingin memberi bantuan, tetapi di sisi lain takut kalau orang tersebut sedang menipu kita.
Padahal, kalau dipikir-pikir, kalau kita memang ingin menolong orang lain, ya tinggal tolong saja. Tidak perlu memikirkan orang tersebut mengatakan yang sesungguhnya atau tidak. Tidak perlu memikirkan apakah orang tersebut memang membutuhkan bantuan atau "hanya" sedang menipu kita.
Seperti dalam sebuah hadits--yang tadi diingatkan oleh Mas--kalau kita memudahkan urusan orang lain, maka Allah akan memudahkan urusan kita. Terlepas orang tersebut membohongi kita atau tidak, itu urusan dia dengan Rabb-nya. Hal terpenting yaitu kita telah berikhtiar untuk memudahkan orang lain dengan membantunya. Pun sembari menghilangkan sikap suudzon kita kepada orang yang seperti itu.
No comments: