Berjualan Makanan, Sebuah Langkah Kecil Menuju Besar
Sewaktu kecil dulu hingga pekan lalu, aku mengira kalau orang yang berjualan aneka macam jajanan pasar itu membuat sendiri makanannya. Sebab, penjual jajanan pasar dekat rumah memang membuat sendiri makanannya. Ternyata, setelah Sabtu pekan lalu kami menitipkan makanan ke lapaknya temannya Mas, aku baru tahu kalau mayoritas--bahkan hampir semua--makanan yang dijual itu titipan, milik orang lain. Mulai pekan lalu, makanan yang kami buat pun menjadi bagian yang dititipkan tersebut. Mencoba menitipkan dari satu lapak ke lapak lain.
Seminggu berjalan, cukup seru juga ketika berjualan. Bangun pagi-pagi untuk membuat adonan, memasaknya, bertemu para pelapak, mengambil kembali kotak makanan yang kami titipkan. Terkadang senang melihat kotak yang tidak tersisa makanan, atau hanya tersisa satu-dua makanan. Pun terkadang agak sedih juga ketika tersisa cukup banyak makanan. Kalau kata Mas, itulah suka-dukanya berjualan. Dari berjualan itu juga tanpa disadari, kami sedang memperluas jaringan.
Setiap kali mengetahui makanan yang terjual tidak begitu banyak, Mas selalu mengingatkanku dan dirinya juga untuk tidak kecewa. Sebab, berjualan merupakan ikhtiar kami dalam menjemput rezeki, hasil akhirnya tetap Allah yang menentukan. Nantinya, tetap Allah yang menggerakan hati, tangan, dan langkah kaki orang-orang untuk membeli makanan kami. Pun ketika Allah menunjukkan hasil yang (menurut kita) kurang memuaskan, mungkin itu pertanda bahwa kita harus berkembang. Sebab, pada dasarnya kita tidak boleh monoton dalam berjualan. Kalau kata seorang dosen dulu, dalam berwirausaha itu harus ada inovasi. Dan perbedaan mendasar antara penjual dengan wirausaha adalah terletak pada inovasinya.
Mas juga selalu mengingatkan bahwa kami tidak boleh hanya berjualan omelet mie--makanan yang kami titipkan. Harus meningkat dan harus ada perubahan terus-menerus. Dan memang berjualan makanan tersebut merupakan langkah awal kami untuk membuat usaha yang lebih besar. Selain mendapat keuntungan untuk menambah modal, kami juga mendapat hikmah dari berjualan ini. Bahwa dalam berbisnis itu harus ada evaluasi pasar, inovasi, melihat peluang, dan mendapat jaringan yang luas. Pun, kalau kata Mas, dengan membuat adonan, memasak, dan menata makanan bersama secara tidak langsung dapat mempererat komunikasi dan intimasi di antara kami. Selain itu, bagiku sendiri, dengan berjualan ini aku jadi tahu rasanya menjadi Ibu yang bangun pagi untuk menyiapkan dagangan.
Sekalian monetisasi blog juga, Ri hahaha
ReplyDelete