Kelas Senin Hari Terakhir
Hari ke #260
Sore tadi adalah hari terakhir Sanggar Menulis Cahaya (SMC) #10, program kelas menulisnya @flpyogya dengan @puskotjogja. Tanpa sengaja, aku dan beberapa anak kelas hari Senin ini memakai pakaian dengan warna senada. Enam dari sembilan anak yang tadi datang berpakaian dengan nuansa merah muda. Entah bajunya, celananya, atau kerudungnya. Aku merasa terkejut sekaligus senang ketika melihat mereka datang satu per satu dengan pakaian berwarna senada denganku.
Beberapa minggu menghabiskan Senin sore bersama mereka membuatku kembali belajar tentang cara berinteraksi dengan anak-anak. Serasa mendapat bekal ilmu tambahan jika nantinya telah memiliki anak. Sebab, setiap anak memiliki sifat dan perilaku yang berbeda. Ada yang rajin, ada yang malas. Ada yang mudah diatur, ada yang harus berkali-kali kita beritahu.
Apalagi jika kita terlalu memaksakan mereka untuk menulis saat mereka sedang enggan untuk menulis bukanlah yang hal baik. Bukannya akan menurut, mereka justru akan melawannya. Sebab, biasanya, semakin kita larang, mereka justru akan melawan. Ikuti apa yang mereka inginkan lebih dulu hingga merasa bosan.
Melihat mereka, dan anak-anak sepantaran mereka lainnya, membuatku memiliki "gambaran" jika nantinya telah mempunyai anak. "Kalau sudah punya anak, aku ingin mendidik anakku ABCDE seperti si anak X." Atau, "kalau sudah punya anak, aku tidak mau anakku nanti seperti si anak Y." Apalagi soal adab kepada yang lebih tua, sepertinya sudah jarang anak yang mencium tangan ketika bertemu atau pamit. Pun ketika berjalan di depan orang tua. Padahal di Jawa ini, khususnya Jawa Tengah dan Yogyakarta katanya sangat menjunjung unggah-ungguh seperti itu. Sangat disayangkan sebenarnya, ketika sedari kecil anak-anak sudah diperbolehkan untuk menggunakan--bahkan memiliki--gawai. Namun, hal tersebut tidak diiringi dengan adabnya, terutama dengan yang lebih tua.
No comments: