Kolaborasi Memasak
Salah satu ketakutanku sebelum menikah adalah tidak bisa memasak. Takut jika nantinya Mas menuntutku untuk memasak A, B, atau Z, makanan yang belum pernah kumakan, apalagi kumasak. Menjelang hari pernikahan kala itu, semakin terasa takutnya. Namun, di awal-awal menikah aku baru tahu kalau Mas itu bisa masak, bahkan terbilang jago. Apalagi jika dibandingkan diriku. Aku kalah jauh.
Ketakutan ini pun perlahan kian memudar ketika Mas sering mengajariku memasak. Memberitahu apa dan berapa jumlah bumbu yang dibutuhkan. Memberitahu cara menggoreng yang baik bagaimana. Terutama agar tidak ada bumbu yang tertempel di spatula ketika menggoreng.
Sekarang, memasak menjadi aktivitas yang sering kulakukan. Entah masak sendiri atau masak bersama Mas. Bahkan kami sering menjadikan memasak sebagai aktivitas emosional untuk lebih saling mengenal dan mempererat intimasi. Sebab menyatukan dua orang yang berbeda sifat, latar belakang budayanya itu bukan hal yang mudah. Namun, dari perbedaan itu kusadari satu hal bahwa menikah itu saling melengkapi, menyatukan perbedaan. Apa yang menjadi kekurangan kita, ditutupi oleh pasangan. Pun sebaliknya. Seperti kekuranganku yang tidak bisa memasak, ditutupi oleh Mas yang jago memasak.
No comments: