Belajar dari Tempat Laundry
Hari ke #285
Pagi ini kami menyambangi laundry di tempat langganannya Mas. Sesampainya di sana, ternyata tutup. Akhirnya kami menyusuri jalan garuda untuk mencari laundry. Hingga kami menemukan sebuah laundry di dekat lapak jajanan pasar yang biasanya kami titipkan omelet dan terang bulan.
Seperti tempat laundry lainnya, ritual setelah kami menyerahkan pakaian, pemilik laundry akan menimbang, menuliskan nota, menaruhnya bersama dengan "kerumunan" pakaian yang akan di-laundry, dan menyerahkan nota kepada kami. Setelah menyerahkan nota, kupikir kami akan langsung pulang. Ternyata tidak, tiba-tiba Mas bertanya tentang mesin cuci dan mesin pengering yang digunakan di tempat laundry tersebut. Sang pemilik menjelaskan dengan cukup rinci tentang mesin-mesin tersebut.
Dari obrolan tersebut aku baru tahu jika tempat laundry tersebut tidak lagi menjemur untuk mengeringkan pakaian, melainkan menggunakan mesin pengering. Pun mesin pengering yang digunakan di sana menggunakan listrik sekaligus gas. Listrik berfungsi agar mesinnya berputar, sementara gas berfungsi untuk mengeringkan pakaian. Aku cukup takjub ketika Beliau menjelaskan hal tersebut. Mungkin, jika di tempat laundry lainnya yang terbilang besar memiliki mesin cuci atau mesin pengering yang lebih canggih lagi.
Ada satu hal yang kuingat sewaktu kami akan beranjak dari sana dan meminta maaf karena bertanya banyak. Beliau mengatakan sangat senang jika ada orang yang bertanya seputar laundry. Entah dari mesin yang dipakai atau cara membuka tempat laundry. Bahkan dari mereka yang bertanya tersebut, ada yang sudah membuka tempat laundry-nya sendiri. Beliau juga mengaku tidak khawatir akan adanya saingan jika banyak orang yang membuka tempat laundry. Malah Beliau senang karena artinya akan banyak pelanggan yang datang. Sebab menurut Beliau, setiap orang telah diberi rezekinya masing-masing. Itu kenapa kita tidak boleh khawatir akan adanya tempat usaha baru selama menjalankan usaha dengan penuh keikhlasan, ikhlas lillahi ta'ala.
No comments: