Amanah (Tak) Pernah Salah Pundak
Hari ke #343
"Amanah tak pernah salah pundak," sebuah kalimat yang sering kudengar ketika masa-masa kepengurusan berbagai organisasi. Mungkin juga kalimat favorit bagi para aktivis. Meski, implementasi dari kalimat tersebut sangatlah sulit. Bisa jadi, di tengah kepengurusan, atau mungkin di awal kepengurusan, pundak kita sudah mulai keberatan "menanggung" amanah. Apalagi ketika amanah tersebut bukan hanya datang dari satu organisasi, tetapi juga dari organisasi-organisasi lainnya yang kita ikuti.
Berbicara tentang amanah, seringkali diri ini merasa kesal ketika ada anggota yang tidak menjalankan amanahnya dengan baik. Atau tiba-tiba menghilang di tengah kepengurusan. Hal ini semakin terasa ketika amanah yang kita pegang itu besar, bukan lagi anggota, melainkan yang menjadi penanggung jawabnya. Ingin rasanya menegur, tetapi faktor "tidak enakan" begitu mendominasi. Akhirnya, seringkali uneg-uneg tersebut terpendam begitu saja. Padahal, kata seorang teman, "Dunia dakwah, terutama ketua justeru sangat membutuhkan orang yang tidak gentar untuk 'ngeplak' kepada orang-orang saleh-salehah yang kadang suka lalai akan tugasnya. Kalau dalam dakwah, semuanya terlalu lembut dan tidak ada yang menegakkan 'pengeplakan' akan membuat terlena, lalai, dan mudah untuk berkata 'maaf ya'." Sebuah kalimat dari seorang teman yang begitu "jleb" dan benar-benar menjadi pengingat bahwa terkadang memang perlu tegas dan menghilangkan sifat tidak enakan.
Pun ketika menjadi penanggung jawab, sebenarnya kita memang lebih punya "power" untuk melakukan hal tersebut. Terlebih dibanding ketika kita "hanya" menjadi anggota. Ingin bersuara, tetapi takut terlalu mendominasi, atau terlalu vokal, atau terlalu yang merasa paling benar. Saat seperti itu, mungkin saja aku sedang diuji untuk tidak merasa paling benar. Sekaligus menjadi pengingat untuk tidak memandang orang lain dengan judgement, "ah, paling dia salah lagi." Dan cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan memandang baik orang lain dan tidak merasa paling benar.
Dari berorganisasi aku belajar bahwa amanah yang kita pegang bersinggungan dengan amanah anggota lain. Tidak boleh individualis dalam organisasi. Apalagi enggan bekerja sama dengan anggota-anggota dari divisi lain. Padahal organisasi itu satu kesatuan, yang programnya pun harus dilakukan secara bersama-sama. Di akhirat nanti pun, segala yang kita lakukan di dunia, di berbagai organisasi yang kita ikuti, akan dimintai pertanggungjawabannya. Apakah kita menjalankan amanah jabatan kita dengan baik? Apakah kita menjalankan amanah di divisi atau bidang kita dengan baik? Apakah kita ikut membantu anggota lain yang membutuhkan pertolongan?
Amanah yang kita pegang memang berat, tetapi bukan berarti itu menjadi alasan untuk tidak membantu anggota lain. Amanah yang kita pegang memang berat, tetapi amanah tidak pernah salah pundak. Amanah yang kita pegang memang berat, jadi yakinkan terus dalam diri bahwa amanah tersebut datangnya dari Allah. Amanah yang kita pegang memang berat, tetapi bukan berarti kita bisa seenaknya meninggalkan organisasi tersebut. Jadi, selesaikan amanahmu, tanggung jawabmu dengan baik. Selesaikan hingga tuntas, apa yang kita pilih.
No comments: