Trilogi dan Upaya Pendidikan Sejak dalam Kandungan
Hari ke #338
Membaca ulang buku Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan seakan mengingatkanku kembali akan pentingnya segala yang kulakukan selama kehamilan ini. Terlebih akan memasuki bulan ketika (katanya) ruh sudah ditiup ke janin. Pun takdir Allah untuk sang calon bayi sudah mulai ditentukan. Mengingat itu, rasanya aku harus mengencangkan semua hal baik yang kulakukan selama sembilan bulan nanti.
Sebelum menjelaskan tentang upaya mendidik sejak dalam kandungan, di buku ini ada trilogi pendidikan atau tiga hal pokok yang perlu diperhatikan. Pertama, sebersih-bersih tauhid, maksudnya apapun yang dilakukan atau segala aktivitas (calon) ibu hendaknya sejalan dengan syariah Islam. Jika hal itu dihayati dan diamalkan dalam kehidupan, nantinya akan membentuk anak yang religius, yang saleh dan salehah. Kedua, setinggi-tinggi ilmu pengetahuan, sebagai (calon) ibu hendaknya mencari atau menuntut ilmu di manapun. Setidaknya memiliki suatu keilmuan dalam satu bidang tertentu. Seperti mencari pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan janin. Nantinya (calon) ibu dapat menjadi orang yang paling tahu tentang janin sehingga mereka dapat mencegah segala hal yang menyebabkan keadaan janin memburuk.
Ketiga, sepandai-pandai siyasah atau strategi. Maksudnya seorang (calon) ibu merancang strategi untuk merekayasa berbagai tindakan agar pendidikan anak sejak dalam kandungan terlaksana dengan baik. Menurut buku ini, masing-masing aspek dalam trilogi pendidikan tersebut sangat berkaitan erat. Terutama sebagai usaha untuk memperjuangkan anak lahir dalam kondisi yang (calon) ibu dan (calon) ayah inginkan. Selain itu, seorang (calon) ibu juga harus memiliki siyasah yang tidak lepas dari tauhid dan ilmu. Dan ketauhidan kepada Allah menjadi titik sentral dalam mendidik anak sejak dalam kandungan.
Setelah mengenal trilogi pendidikan, ada berbagai upaya yang dapat dilakukan dalam mendidik anak sejak dalam kandungan. Baik secara psikis/spiritual, maupun secara fisik. Dari segi spiritual, ternyata berbagai ritual ibadah yang seorang (calon) ibu lakukan selama kehamilan berdampak pada calon anak yang sedang dikandungnya. Pertama, melaksanakan salat. Sebagaimana kita tahu bahwa salat merupakan tiang agama Islam. Pun ibadah yang pertama kali akan dihisab nanti di akhirat. Selain beberapa manfaat yang dapat diambil dari melaksanakan salat, seperti mengingatkan kita kepada Allah, melatih diri menjadi orang yang tenang, serta menjadi penghalang berbuat kemungkaran. Ternyata bagi seorang (calon) ibu, melaksanakan salat menjadi sarana untuk mengenalkan sang calon anak tentang salat. Itu kenapa, pendidikan salat bukan dilakukan ketika sang anak sudah berusia dini, tetapi justru dimulai saat dia masih dalam kandungan. Untuk itu, seharusnya seorang (calon) ibu, ketika hamil dapat salat tepat waktu, pun melaksanakan salat sunah lainnya. Hal itu dilakukan bukan hanya untuk mengenalkan salat kepada sang calon anak sejak dalam kandungan. Namun, juga sebagai ikhtiar untuk menarbiyah sang calon anak untuk tepat waktu dalam salat.
Kedua, memperbanyak membaca Alquran. Maksudnya, bukan hanya membaca, tetapi juga memahami isi kandungan Alquran. Selain ibadah, membaca Alquran juga dapat mendekatkan kita kepada Allah. Dalam buku Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan ini disebutkan bahwa waktu terbaik mulai mengajar anak belajar Alquran adalah ketika usia kehamilan sang calon ibu berumur 18 minggu atau lima bulan. Sebab, pada usia tersebut, sang calon anak yang ada dalam kandungan sudah dapat mendengar suara dari luar. Mungkin karena itu juga sewaktu awal kehamilan, Mama mengingatkanku untuk rajin membaca Alquran serta isinya. Ketiga, bersadaqah atau memberikan bantuan kepada seseorang berupa barang atau jasa. Bagi seorang (calon) ibu, hal ini merupakan ikhtiar untuk menanamkan jiwa sosial serta menambah sikap kedermawanan kepada calon anak yang dikandungnya.
Keempat, berdoa, sebuah perendah hatian kita sebagai hamba di hadapan Allah. Serta sebuah bentuk ketundukan kepada Allah. Untuk itu, hendaknya sang (calon) ibu, setiap berdoa dilakukan dengan merendahkan diri, suara yang lembut, dan hati yang ikhlas. Apalagi, katanya, doa seorang (calon) ibu yang sedang hamil itu mudah terkabul. Mungkin karena banyak perjuangan yang dilakukan mereka yang sedang hamil. Sementara itu, dari segi fisik, upaya yang dilakukan yaitu kesehatan dan pengaturan makanan seorang (calon) ibu yang sedang hamil. Dua hal yang sebenarnya berkaitan erat.
Pertama, kesehatan, seorang (calon) ibu harus menjaga kesehatannya agar tidak terkena suatu penyakit. Karena ketika seorang (calon) ibu sakit, maka akan sangat memengaruhi kondisi janin yang dikandungnya. Jadi, harus betul-betul menjaga kesehatannya. Salah satu caranya, sebenarnya didapat dari pengaturan makanan seorang (calon) ibu. Mereka harus terus makan meskipun tidak nafsu makan. Sebab jika sang (calon) ibu tidak makan, maka janin yang dikandungnya pun tidak akan mendapatkan nutrisi. Kalau kata bidan dan ahli gizi di Puskesmas yang kudatangi, jangan sampai berat badan seorang (calon) ibu itu mengalami penurunan karena itu pertanda kurang atau tidak adanya nutrisi yang masuk ke dalam janin. Setidaknya berat badan selalu stabil, dan lebih baik mengalami penambahan meski hanya satu kg.
No comments: