Membicarakan Buya Hamka yang Berbicara Tentang Perempuan
"Jika perempuannya baik, baiklah negara, dan jika mereka bobrok, bobrok pulalah negara. Mereka adalah tiang; dan biasanya tiang rumah tidak begitu kelihatan. Namun, jika rumah sudah condong, periksalah tiangnya. Tandanya tianglah yang lapuk." (halaman 15)
Aku begitu kagum dengan penulis yang begitu apik dalam menulis fiksi maupun non fiksi. Seperti Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah atau yang dikenal dengan Buya Hamka. Begitu banyak buku yang telah Beliau tulis. Bahkan karyanya masih dinikmati oleh pembaca meski Beliau telah tiada. Banyak nilai-nilai agama, keteladanan yang Beliau tuang dalam bukunya. Salah satunya yaitu buku Buya Hamka Berbicara Tentang Perempuan.
Sesuai namanya, Buya Hamka Berbicara Tentang Perempuan membahas tentang perempuan dari sudut pandang Islam. Seperti ayat-ayat tentang perempuan, kedudukan sama antara laki-laki dan perempuan, hak-hak perempuan, pembagian tugas+kewajiban antara perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga, hak waris, dan kemuliaan seorang ibu. Sebuah hal yang menarik ketika Buya Hamka mengemas semua itu dengan begitu apik. Membuat pembaca, khususnya perempuan, begitu memahami betapa Islam menjaga kehormatan perempuan dengan aturan-aturannya. Meski banyak yang menyalahartikan hal tersebut sebagai mengekang kebebasan perempuan. Terlebih bagi para kaum feminis.
Contohnya ketika zaman jahiliyah dahulu, perempuan dianggap hina. Bahkan jika sepasang suami istri memiliki anak perempuan, anak tersebut harus dikubur hidup-hidup. Abdullah bin Annas pernah mengatakan bahwa ketika perempuan akan melahirkan, digalikanlah sebuah lubang. Jika yang lahir anak laki-laki, maka anak tersebut disambut dengan begitu gembira. Sebaliknya, jika yang lahir anak perempuan, maka lubang yang telah digali tersebut langsung ditimbuni tanah. Namun, setelah Rasulullah SAW menjadi rasul, kebiasaan tersebut pun mulai diubah. Terlebih ketika turun surat At-Takwiir yang menyebutkan bahwa salah satu tanda kiamat akan datang adalah bayi-bayi perempuan dikubur hidup-hidup.
Selain itu, hal menarik lainnya dalam buku ini yaitu ketika Buya Hamka menyebut perempuan sebagai "tiang negara". Sesuatu yang terlihat kurang penting, tetapi ternyata begitu penting. Seperti tiang rumah yang lapuk akan membuat sebuah rumah menjadi condong. Peran perempuan sangatlah penting dan hadir di saat genting, baik di sektor rumah maupun negara. Contohnya bunda Khadijah yang menenangkan Rasulullah SAW ketika Beliau pertama kali mendapat wahyu. Aku jadi teringat sebuah ucapan bahwa jika ingin menghancurkan sebuah negara, "hancurkan" perempuannya. Hal ini menunjukkan pentingnya perempuan, seperti yang dikatakan Buya Hamka.
Membaca tiap halaman buku Buya Hamka Berbicara Tentang Perempuan ini, sejatinya seperti membaca tentang diri. Membaca untuk lebih mengenal, memahami, menghormati diri sebagai perempuan yang begitu dijaga oleh Islam.
No comments: