Mencintai FLP dalam Lima Paragraf
Kata orang-orang, mencintai seseorang atau sesuatu itu tidak butuh alasan. Kalau sudah cinta ya tidak perlu lagi mencari alasan-alasannya. Begitu juga dengan cintaku kepada FLP ini. Sebuah organisasi kepenulisan yang sudah kuikuti sejak akhir 2016. Namun, jika harus menyebutkan alasanku mencintai FLP, mungkin berikut beberapa di antaranya:
Organisasi kepenulisan yang didirikan atas keresahan para pendirinya
Organisasi kepenulisan yang didirikan atas keresahan para pendirinya
Alasan pertamaku mencintai FLP karena alasan didirikannya organisasi ini. Jika menilik kembali sejarah didirikannya FLP, kita akan tahu bahwa Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, dan Maimon Herawati mendirikan organisasi ini atas dasar keresahan. Resah akan kurangnya bacaan baik untuk umat. Sebuah keresahan yang akhirnya melahirkan organisasi kepenulisan yang begitu besar. Hal yang patut dicontoh dari tiga pendiri FLP tersebut yaitu keresahan yang mereka rasakan tidak sekadar dipendam, tetapi juga ada usaha yang dilakukan untuk melawan keresahan tersebut.
Tempat berkumpulnya orang-orang yang suka menulis
Tempat berkumpulnya orang-orang yang suka menulis
Namanya juga “organisasi kepenulisan”, tentu di FLP kita akan berjumpa dengan orang-orang yang suka menulis. Baik mereka yang baru memulai langkah menjadi penulis atau yang sudah menjadi penulis profesional. Bertemu dan mengenal mereka. serasa memberikan energi positif kepadaku. Sangat memacuku untuk terus menulis dan menghasilkan karya. Karena memang, ketika bertemu dengan orang-orang yang suka menulis, kita akan lebih mudah tergerak untuk menulis juga.
Tidak sekadar menulis, tetapi juga berdakwah
Tidak sekadar menulis, tetapi juga berdakwah
Ada tiga pilar FLP yang menjadi “pegangan” bagi para anggotanya, yaitu keorganisasian, kepenulisan, dan keislaman. Dari tiga pilar ini kutahu kalau FLP bukanlah organisasi kepenulisan biasa, tetapi ada sisi keislamannya. Tidak sekadar menulis, tetapi juga menulis yang menyampaikan nilai-nilai keislaman. Seringkali teman-teman FLP menyebutnya dengan “berdakwah melalui pena” atau “berdakwah melalui tinta”. Karena itulah, sejak menjadi bagian dari FLP, tujuan menulisku pun berubah. Tidak lagi sekadar menulis atau meluapkan emosi, tetapi juga untuk berdakwah, menebar kebaikan kepada siapapun melalui tulisan.
Mendapat banyak pengalaman selain menulis
Mendapat banyak pengalaman selain menulis
Awalnya aku menganggap jika FLP itu sekadar organisasi kepenulisan yang agendanya “hanya” berkutat pada menulis, menulis, dan menulis. Setelah dua tahun lebih bergabung, kutahu bahwa di FLP ini tidak hanya menulis, menulis, dan menulis. Ada banyak program selain menulis yang dimiliki FLP, seperti rutin membaca, kelas minat fiksi dan non fiksi, klub, dan kajian kepenulisan. Pun ada program yang bekerjasama dengan instansi lain, seperti mengajar tentang kepenulisan. Program mengajar dan klub inilah yang menurutku memberi banyak pelajaran selain menulis. Di program ini aku belajar untuk menjadi pengajar yang baik, memberikan ilmu kepenulisan yang kumiliki kepada orang lain. Secara tidak langsung membuatku terus belajar tentang dunia kepenulisan karena sangat tidak mungkin memberikan ilmu tanpa kita sendiri tidak memiliki ilmu itu. Dan menurutku program-program itu dirancang bukan hanya agar kemampuan menulis kita berkembang dengan program menulis, tetapi juga agar kemampuan kita berkembang melalui program yang lain. Seperti mengajar tadi. Jadi, bukan hanya kita yang berkembang karena FLP, tetapi orang lain pun ikut merasakan manfaatnya.
Bertemu jodoh
Bertemu jodoh
Ini alasanku mencintai FLP yang kelima. Aku mencintai FLP karena di sinilah tempatku bertemu dengan sang jodoh. Sesuatu yang tidak kuprediksi sebelumnya jika akan menemukannya di FLP. Meski ketika sudah menjadi anggota, kutahu bahwa cukup banyak anak FLP (Yogyakarta) yang berjodoh dengan sesama anak FLP (Yogyakarta). Mungkin benar apa yang dikatakan banyak orang bahwa jodoh kita itu tidak jauh-jauh dari lingkaran kita.
Begitulah lima dari sekian alasanku mencintai FLP. Tentu alasan setiap orang berbeda-beda dalam mencintai FLP. Meski mungkin ada beberapa yang sama. Harapku, semoga dengan menjabarkan alasan-alasan di atas membuatku semakin cinta dengan FLP.
Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti lomba blog dari Blogger FLP pada rangkaian Milad FLP 22Th.
So sweet... ketemu jodoh di FLP
ReplyDelete