Cerita Empat Bulan
Beberapa hari lalu, aku sempat membaca cerita tentang seorang ibu yang mengalami baby blues pasca persalinan sesar. Berawal dari perkataan "kok lahirannya sesar?" dari orang-orang terdekat menjadi pencetus dirinya mengalami demikian. Membacanya membuat mata ini berlinang. Membacanya membuatku sadar betapa pentingnya dukungan sosial--terutama keluarga--bagi ibu menyusui. Padahal perjuangan ibu begitu berat.
Aku jadi teringat empat bulan lalu yang merupakan masa-masa tidak pernah kulupakan. Masa-masa perjuangan untuk bertemu Umar di dunia ini. Masa-masa yang serasa menjawab pertanyaanku, "kok bisa seorang ibu yang baru melahirkan mengalami bany blues, padahal seharusnya merasa bahagia." Setelah mengalaminya sendiri, kutahu bagaimana seorang ibu bisa mengalami baby blues. Perjuangan yang begitu berat ditambah lagi judgement dari orang lain membuat seorang ibu bisa mengalami demikian.
Sebulan awal terasa sekali stresnya. Apalagi persalinanku sesar, seringkali memunculkan perasaan tidak berguna. Sebab gerak yang terbatas dan perasaan bersalah "mengapa-tidak-normal". Setiap kali melihat Umar dimandikan atau digendong orang lain, sementara diri ini tidak bisa melakukannya, menjadi pencetus munculnya perasaan-tidak-berguna-ku. Namun, hal yang kusyukuri, orang-orang terdekat begitu mendukung dan menyemangatiku. Pun tidak ada judgement dari orang-orang terdekat mengenai "mengapa-tidak-normal". Kalau tidak ada dukungan dari orang-orang terdekat, mungkin aku juga bisa mengalami baby blues, bahkan postpartum depression. Seperti cerita yang beberapa hari lalu kubaca.
No comments: