Berkenalan dengan Hujan
Dua hari lalu, ketika bangun tidur, hidungku langsung tertusuk aroma petrichor. Hujan malam itu menyisakan aroma petrichor yang sudah lama dirindu. Seketika nuansa pagi itu terasa meneduhkan. Mengingatkanku akan beberapa bulan silam, sewaktu sedang mengandung Umar. Ah, berarti sudah lima bulan lebih hujan tidak menampakkan dirinya.
Setelah sepanjang pagi hanya aroma petrichor yang terasa, tiba-tiba hujan turun lagi. Mendengar rintik hujan yang kian menderas, Mas begitu semangat membawa Umar ke halaman kontrakan. Tangan kanannya diulur ke depan, tepat di bawah atap rumah. Bulir-bulir hujan itu langsung mengenai tangan Umar. Sontak raut wajahnya berubah, yang tadinya datar lama-kelamaan mengerut. Tangisnya pun pecah ketika baru saja berkenalan dengan hujan.
Syukur, saat itu Umar tidak sedang tidur sehingga bisa melihat dan merasakan hujan. Kalau kata Abatinya Umar, mengenalkan Umar dengan hujan sama artinya dengan menanamkan iman ke hatinya. Apalagi hujan itu berkah. Semoga Umar bisa berkenalan dengan ciptaan-Nya yang lain.
Setelah sepanjang pagi hanya aroma petrichor yang terasa, tiba-tiba hujan turun lagi. Mendengar rintik hujan yang kian menderas, Mas begitu semangat membawa Umar ke halaman kontrakan. Tangan kanannya diulur ke depan, tepat di bawah atap rumah. Bulir-bulir hujan itu langsung mengenai tangan Umar. Sontak raut wajahnya berubah, yang tadinya datar lama-kelamaan mengerut. Tangisnya pun pecah ketika baru saja berkenalan dengan hujan.
Syukur, saat itu Umar tidak sedang tidur sehingga bisa melihat dan merasakan hujan. Kalau kata Abatinya Umar, mengenalkan Umar dengan hujan sama artinya dengan menanamkan iman ke hatinya. Apalagi hujan itu berkah. Semoga Umar bisa berkenalan dengan ciptaan-Nya yang lain.
No comments: