Laki-laki dan Anak Lelakinya
"Al-ummu madrasah al-ulaa," mungkin sebuah ungkapan yang seringkali menjadi penyemangat bagi banyak ibu. Bahwa ibu adalah madrasah atau sekolah pertama bagi anaknya. Sosok penting dalam 1000 hari pertama kehidupan sang anak. Sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun.
Walau begitu, sebagaimana sekolah yang tidak mungkin akan berjalan tanpa adanya komando sang kepala sekolah, peran ayah juga tidak kalah penting. Meski bukan sosok sentral, peran ayah begitu penting dalam mendukung psikologis seorang ibu--apalagi ibu baru. Sebab, bulan-bulan awal memiliki anak itu begitu stressful.
Aku jadi teringat ketika satu bulan awal Umar lahir, ketika efek operasi caesar masih begitu terasa, hampir semua “pertama” itu dipegang oleh Mas. Pertama memandikan Umar. Pertama menggantikan popok, baju, celana Umar. Pertama menggendong Umar. Pertama membuat Umar tenang dari rewelnya. Mengingatnya, membuatku mensyukuri banyak hal. Salah satunya mendapat dukungan psikologis dari orang terdekat.
Kini, seiring bertambah bilangan usianya Umar, semuanya semakin terasa mudah. Meski, tentu akan berganti dengan kesulitan yang lain. Namun, semakin ke sini, kutahu bahwa mengasuh anak itu bukan hanya tugas ibu, tetapi juga tugas ayah. Kalau kata seorang ustadz, ٱلرِّجَالُ Ù‚َÙˆَّٰÙ…ُونَ عَÙ„َÙ‰ ٱلنِّسَآØ¡ِ, laki-laki itu pemimpin bagi seorang perempuan.
Selayaknya pemimpin, kewajiban seorang laki-laki bukan hanya untuk mencari nafkah, melainkan membimbing sang perempuannya. Apalagi setelah perannya bertambah menjadi “ayah”, bertambah pula kewajibannya untuk membimbing sang anak. Padahal, membimbing dan mengasuh anak bukanlah perkara mudah. Itu kenapa, peran ayah dan ibu begitu penting dalam pengasuhan. Jika seorang ibu akan meng-install kelembutan, lebih menggunakan perasaan, kasih sayang. Seorang ayah akan melengkapinya dengan ketegasan, keberanian, dan tanggung jawab.
Selamat Hari Ayah bagi para ayah, terutama Mas @muflihin_ibnu_m.nur. Semoga kita bisa mengasuh Umar bersama ya Abu Umar! :)
No comments: