Ibu dan Saudara Sepersusuan
Tahun 2019 menjadi tahun kebersyukuran. Banyak hal yang harus kusyukuri di tahun itu. Salah satunya yaitu banyaknya orang baik yang ada disekelilingku. Kebaikannya tidak hanya dirasakan olehku, tetapi juga Umar.
Teringat sekali bagaimana awal-awal Umar baru saja lahir. Usai operasi, aku dan Umar terpisah ruang. Aku di kamar inap, Umar di kamar bayi. Selang berapa jam setelah operasi, selepas tarawih Mas ke kamar bayi untuk melihat Umar. Ketika di sana, bidan dan perawat memberi tahu Mas bahwa kadar gula darahnya Umar cukup rendah sehingga harus diberikan ASI segera. Qadarullah, saat itu aku belum bisa memberikannya secara langsung. Selain terpisah ruang, aku juga belum bebas bergerak, apalagi miring ke kanan-kiri untuk menyusui Umar.
Sejenak aku berpikir, siapa kenalanku yang sedang menyusui dan tinggal tidak jauh dari RS PKU Muhammadiyah Gamping. Tiba-tiba otakku menampilkan sebuah nama, yaitu mbak Dina (@ardila.hijab), seorang senior di Jamaah Shalahuddin UGM. Kebetulan sebelum aku melahirkan, kami sudah sering mengobrol di WhatsApp seputar kehamilan dan persalinan. Pun aku cukup tahu bagaimana karakternya mbak Dina yang menurutku baik dan salehah.
Singkat cerita, dengan perjuangan yang cukup membuat ketar-ketir karena saat itu mbak Dina tidak kunjung membalas pesanku, pun ditelepon tidak bisa. Alhamdulillah, Mas dan adik ipar berhasil ke rumahnya setelah seorang senior yang juga temannya mengirim maps rumahnya mbak Dina. Sesampainya di rumah sakit, ternyata ASIP (ASI perah) yang dibawa Mas dan adik ipar tidak cukup memenuhi kebutuhan ASI untuk Umar saat itu. Sebab, ASIP tersebut hanya dapat memenuhi satu kali makan, pun Mas mengira hanya sekitar 100ml ASI untuk sekali makan. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, berkat seorang teman yang membantu mencarikan pendonor ASI, kami mendapat kontak mba @ns.istiqomahnk. Lalu Mas segera kembali mengitari Godean dan sekitarnya untuk mengambil ASIP tersebut. Hal yang cukup lucu dari perjalanan menjemput ASIP tersebut, kami baru tahu bahwa ternyata mbak Istiqomah juga pernah mendonorkan ASI untuk anaknya mbak Dina. Sesuatu yang sangat kebetulan, tapi kutahu bahwa ini sudah rencana-Nya. Jadilah Umar bersaudara sepersusuan dengan anaknya mbak Dina dan mbak Istiqomah. Sementara anaknya mbak Dina bersaudara sepersusuan dengan anaknya mbak Istiqomah.
Dari peristiwa mencari orang untuk memberikan ASI kepada Umar, kutahu bahwa banyak sekali orang-orang baik di sekitar. Orang-orang yang membantuku mencari orang untuk memberikan ASI hingga orang-orang yang mau memberikan ASI untuk Umar. Apalagui dalam memilih orang untuk mendonorkan ASI ke anak kita bukanlah hal yang mudah, pun bukan hal yang bisa disepelekan. Bukan pula asal-asalan memilih orang yang kita tidak tahu perangainya baik atau buruk. Ketika memilih mbak Dina untuk memberikan ASI kepada Umar, kutahu bahwa dirinya baik, hafizah, dan salehah. Pun ketika memilih mbak Istiqomah, seseorang yang sebelumnya tidak kami kenal, kami yakin bahwa insyaaLlah karakternya juga baik dan salehah. Sebab, karakter orang yang memberikan ASI ke anak kita nanti akan memengaruhi karakter anak kita.
No comments: