Tentang Keberkahan Ilmu
Hari ini hari pertama kelas daring yang kuikuti dimulai. Materi pertama yang diajarkan yaitu pengenalan tentang kitab Awaiq Ath-Thallab. Sebuah kitab yang berisi tentang penghalang dalam mencari ilmu. Sesuatu yang menarik.
Sang ustadz menjelaskan tentang perbandingan orang-orang zaman dahulu dengan orang-orang zaman ini. Dulu, banyak terlahir ulama-ulama besar. Pun ulama-ulama tersebut mempunyai banyak karya. Bahkan satu judul buku bisa sampai berjilid-jilid. Dan satu jilid itu bisa mencapai sekitar 500 halaman. Padahal, ulama-ulama tersebut sangatlah sibuk. Pun kondisi zaman dulu sangatlah terbatas. Belum ada internet, teknologi memadai, dan kemudahan transportasi. Berbeda sekali dengan kondisi saat ini yang serba mudah.
Mendengar audio materi itu, aku jadi bertanya-tanya dalam hati. "Iya, ya, kok bisa gitu ya?" Kalau kata sang ustadz, perbedaan yang paling kentara terletak dalam keberkahan ilmu yang dimiliki para ulama terdahulu. Keberkahan yang membuat mereka bisa, meski sibuk dan serba terbatas.
Mendengar itu, aku teringat kalimat "barakallahu fii ilmik". Sebuah kalimat yang sering kuucap ketika ada teman yang baru menyelesaikan studinya. Sebab, kita tidak tahu apakah ilmu yang kita pelajari selama ini diberkahi oleh-Nya atau tidak. Sebab, sebagai makhluk-Nya, kita hanya berharap keberkahan-Nya dalam setiap ilmu yang pelajari. Dan aku pun hanya dapat mengaminkannya.
No comments: