Terima Kasih
Hari ini, tadinya aku ingin mengapresiasi diriku sendiri. Berterima kasih kepada diri ini atas apa yang telah dilewati setelah menikah dan mempunyai anak ini. Namun, tiba-tiba saja aku mengurungkannya. Menurutku, ada yang lebih pantas diapresiasi dibanding diri ini.
Kalau bukan atas kebaikan-Nya, mungkin aku tidak dapat merasakan nikmatnya kesehatan dan waktu, dinginnya hujan, hangatnya mentari, sejuknya udara, segarnya air. Kalau bukan atas hidayah dan rahmat-Nya, mungkin aku tidak dapat menjalankan setiap ibadah, setiap kebaikan yang telah, sedang, dan akan kulakukan. Kalau bukan atas kemurah-hatian-Nya, mungkin aku tidak dapat bertemu dengan orang-orang baik di sekitarku.
Kalau bukan atas kehendak-Nya, mungkin aku tidak terlahir di keluarga yang menyayangi dan mendukungku. Kalau bukan atas kehendak-Nya, mungkin aku tidak dipertemukan dengan Mas, orang asing yang sekarang menjadi teman hidupku. Kalau bukan atas kehendak-Nya, mungkin aku tidak dapat bertemu dengan Umar.
Kalau bukan atas rahmat-Nya, mungkin aku tidak dapat berproses menjadi istri dan ibu. Belajar mengatur rumah tangga yang sangatlah tidak mudah. Belajar menjadi seorang ibu yang ternyata sangat menguji kesabaran. Kalau bukan atas rahmat-Nya, mungkin aku tidak bisa kuat menjalani peran-peran itu. Mungkin aku sudah menyerah dan tumbang.
Ternyata Allah memang Ar-Rahman dan Ar-Rahim, kasih sayang-Nya tiada yang menandingi. Sekalipun diri ini masih jauh dari kriteria hamba-Nya yang taat, masih berproses untuk menjadi baik, tetapi Allah begitu baik. Apalagi setelah menuliskan ini, ternyata begitu banyak kebaikan-Nya yang telah kuterima, yang sepertinya sering tidak kusyukuri. Dan "terima kasih" mungkin memang bukanlah ungkapan yang pas untuk membalas semua kebaikan-Nya. Namun, izinkanku untuk mengucapkannya, sebuah frasa yang mungkin jarang kuucap untuk-Nya.
Terima kasih Allah, Sang Maha segalanya. Sang Maha penulis skenario kehidupanku yang terbaik.
No comments: