Dari Umar, Aku Belajar: Mengapresiasi
Apresiasi, seringkali menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi semua orang. Tidak terkecuali bagi bayi. Kalau kebanyakan orang dewasa membahagiakan sekali jika karya-karyanya, atau pencapaiannya mendapat apresiasi dari orang lain. Namun, bagi bayi, kebahagiaan itu bisa saja muncul karena apresiasi atas hal yang terlihat sederhana—bagi orang dewasa. Begitupun yang kulihat pada Umar.
Ketika Umar sedang belajar duduk/merangkak/berdiri/berjalan kukatakan, "Wah, masya Allah, anak Bunda lagi belajar duduk/merangkak/berdiri/berjalan ya." Bagi orang dewasa, duduk/merangkak/berdiri/berjalan tentu hal yang mudah. Namun, bagi bayi, hal itu tentu sangatlah sulit dan butuh perjuangan.
Begitupun saat dia lahap makan, "Masya Allah, anak Bunda lahap banget makannya." Saat dia mendengar apresiasi dan kalimat positif seperti itu, keinginannya untuk belajar duduk/merangkak/berdiri/berjalan atau belajar makan pun menjadi semakin kuat dan lebih semangat. Dia akan terus melakukannya lagi hingga benar-benar bisa dan lancar.
Semenjak itulah, aku semakin memahami bahwa apresiasi itu sangatlah penting. Bukan hanya bagi orang dewasa, tetapi juga bagi bayi. Meski bayi belum memahami betul apa yang kita ucap, tetapi dia dapat mengerti. Apalagi jika mengucapnya dengan lembut dan penuh kasih sayang.
No comments: