Menyusui dan Menyapih
Beberapa hari lalu, ketika aku dan Mas sedang tarawih, tiba-tiba Umar terbangun. Biasanya, ketika melihat kami di luar kamar, Umar langsung menghampiri. Namun, ternyata tidak. Setelah turun dari kasur dengan langkah gontai, tiba-tiba Umar merebahkan diri di lantai kamar. Awalnya kukira hanya sebentar, ternyata Umar sungguhan tidur. Hingga kami selesai salat pun Umar masih tertidur di lantai. Sepertinya rasa kantuknya begitu menggelayuti dirinya.
Melihat Umar seperti itu, perasaanku begitu beragam. Di sisi lain merasa ingin tertawa atas tingkahnya. Namun, di sisi lain, ada kesenduan ketika melihat Umar bisa tidur tanpa kususui lebih dulu. Mungkin seperti itulah ketika Umar sudah disapih nanti, bisa tertidur tanpa disusui. Namun, aku belum bisa membayangkan bagaimana ketika menyapih nanti. Meski masih kurang dari setahun lagi, tetapi membahas dan membayangkannya saja terasa sekali sendunya.
Rasanya waktu memang berjalan begitu cepat. Rasanya baru kemarin Umar lahir, ternyata bulan ini insyaaLlah akan menggenap setahun. Rasanya baru kemarin menyusui Umar, ternyata (insyaaLlah) kurang dari satu tahun lagi akan memasuki masa penyapihan. Kalau kata mbak @amandakurniasih beberapa waktu lalu ketika membahas penyapihan di grup, penyapihan memang membutuhkan persiapan mental. Pun paling tidak ketika anak sudah berusia 18 bulan, mulai diberi tahu kapan tanggal penyapihan itu tiba. Hingga ketika waktu itu tiba, mental kita jauh lebih siap untuk menerimanya.
Kini, setelah menjalani peran ibu, setahun itu bukanlah waktu yang lama. Setahun kedua nanti pun mungkin akan berjalan dengan cepat. Maka, manfaatkanlah waktu menyusui anak untuk menjalin kedekatan dengannya. Sehingga mungkin dua tahun itu akan terasa seperti sia-sia. Hingga kita tersadar bahwa masa menyapih akan segera datang dan masa emas itu tentunya tidak akan terulang lagi.
No comments: