Memahami Rezeki dari Berjualan
Berjualan, membangun usaha memang tidaklah mudah. Sebab, pesanan itu tidak selalu datang setiap hari, pun jumlahnya tidak selalu sama. Terkadang hari ini banjir pesanan. Besok mungkin sama sekali belum ada pesanan yang datang.
Teringat sekali dulu ketika awal menikah kami berjualan omelet dan terang bulan. Terasa sekali bahwa rezeki (khususnya materi atau uang) ini memang tidak terduga kapan datangnya. Pun setiap harinya tidak selalu dagangan kami habis terjual. Apalagi sekarang, ketika Mas sudah tidak bekerja di sekolah dan kami fokus membangun usaha, semakin terasa sekali konsep rezeki tersebut. Bahwa rezeki memang tidak terduga kapan datangnya, dari mana arah datangnya. Bahwa memang Allah lah yang Maha Pengatur Rezeki. Tugas manusia memang hanyalah berikhtiar. Urusan hasil harus diserahkan ke Allah.
Tentu, sebagai manusia, seringkali kekhawatiran dan ketakutan itu menghinggapi diri. Takut dan khawatir besok tidak ada pesanan. Takut dan khawatir besok dagangan kita tidak laris. Apalagi ketika melihat teman-teman terdekat pun menjual barang yang serupa dengan kita. Seperti yang dikatakan Ustadz Oemar Mita bahwa takut dan khawatir itu wajar, tetapi tidak boleh berlebihan. Apalagi setelah kita tahu dan yakin bahwa Allah yang Maha Pengatur Rezeki. Jadi, apalagi yang harus kita khawatirkan dan takutkan.
Ketika mendengar itu, rasanya "jleb" sekali. Serasa ditampar berkali-kali. Setelah mengevaluasi diri, mungkin memang tanpa sadar aku menyimpan kekhawatiran dan ketakutan yang berlebihan. Pun sepertinya rasa syukurku masih kurang sehingga merasa tidak cukup dan tidak yakin bahwa Allah lah Yang Maha Pengatur Rezeki. Astaghfirullahaladzim.
Padahal banyak sekali nikmat dan rezeki yang telah Allah beri. Sementara rasa syukur kita--khususnya aku--terlampau sedikit. Merasa sudah maksimal ikhtiarnya, padahal belum. Merasa sudah ikhtiar berkali-kali, padahal mungkin kita lupa untuk melakukan amal kebaikan lainnya, pun berdoa kepada-Nya. Padahal jika diingat lagi sekarang, banyak sekali rezeki yang seringkali membuat "mrebes mili". Terasa sekali bahwa Allah itu sangat baik kepada hamba-Nya. Sampai-sampai ketika suatu hari banyak pesanan, bertanya-tanya dalam benak, "amalan apa ya yang kulakukan hari ini sampai Allah begitu baik kepadaku." Setelah diingat lagi, ternyata hari itu tidak ada amalan sunah yang kulakukan. Malah ketika melakukan amalan sunah pesanan yang datang tidak sebanyak hari sebelumnya.
Dari situ, aku berkesimpulan bahwa rezeki datang sebenarnya bukan karena amalan-amalan yang kita lakukan, tetapi memang karena rahmatnya Allah, kebaikannya Allah. Meski hal tersebut tidak bisa dijadikan dalih kita untuk tidak mau berusaha. Jika sudah tahu begitu, memang untuk apa lagi kita merasa khawatir, untuk apa lagi kita tidak merasa bersyukur. Sampai-sampai kita bermalas-malasan, tidak mau berikhtiar, tidak mau melakukan amal kebaikan, pun berdoa kepada-Nya.
No comments: