Bahagianya Anak, Bahagianya Diri
Sewaktu hamil dulu, Abatinya Umar sering memberikan beberapa nasihat. Pertama, Abatinya Umar bilang kalau wanita itu begitu mulia karena tiga fitrah yang dijalaninya, yaitu hamil, melahirkan, dan menyusui. Saat itu, aku masih bertanya mengapa demikian. Namun, setelah menjalani fitrah yang ketiga, yaitu menyusui, kutahu bahwa menjadi ibu memanglah tidak mudah, memanglah menantang. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi. Bukan hanya dari anak kita, tetapi juga dari omongan orang lain yang seringkali tidak mengenakan. Agak cukup wajar jika banyak perempuan yang ketika menjalani peran ini rawan akan stres. Meski begitu, jangan sampai kita terlena akan "kewajaran" tersebut.
Nasihat kedua yaitu bahwa apa yang aku lakukan kepada Umar menjadi "modal" baktinya Umar kepadaku, ibunya. Nasihat itu menjadi selalu menjadi pengingat bagiku ketika merasa sedang lelah-lelahnya mengurus Umar. Pengingat bahwa aku harus ikhlas dalam mendidik, mengurus, dan merawat Umar. Pengingat bahwa apa yang aku tanam hari ini, akan dituai kemudian hari.
Setelah mempunyai anak juga, kusadari bahwa kebahagiaan yang kurasakan sangatlah sederhana, yaitu melihat Umar bahagia. Setiap senyum yang terukir dalam bibirnya seringkali membuatku tersadar bahwa banyak tahap yang sebelumnya kutakutkan ternyata sudah bisa terlewati. Seperti ketika pertama kali melihat senyum Umar ketika baru saja terlahir ke dunia, kutahu bahwa baru saja aku mengalami masa melahirkan yang penuh perjuangan. Atau ketika sekarang melihat senyum Umar saat menaiki anak tangga, kutahu bahwa Umar telah melewati berbagai macam tahap perkembangan motorik kasarnya. Dua kejadian itu membuatku teringat akan nasihat dalam Alquran bahwa bersama kesulitan pasti ada kemudahan yang datang membersamainya.
Mungkin kita merasa kesulitan dalam mendidik anak, tetapi yakinlah bahwa ada kemudahan yang akan menyertainya. Maka, kita harus ikhlas dan bahagia dalam membersamai anak, pun tidak lupa untuk meminta kemudahan kepada Allah. Hingga akhirnya setiap senyuman anak kita menjadi pengingat bahwa kita dapat melewati setiap tahapan yang sebelumnya ditakutkan.
No comments: