Percakapan Sore di Tengah Hujan
Salah satu waktu mustajab dikabulkannya doa adalah ketika hujan turun. Dan tadi sore, di tengah suara hujan yang mengguyur, aku minta didoakan oleh Mas agar diberikan kelapangan hati dari rasa iri terhadap orang lain. Mendengar itu, Mas bertanya alasanku meminta didoakan seperti itu. Akhirnya, kuceritakan beberapa alasannya.
"Kayaknya adek ilmu syukurnya masih kurang." Jawaban Mas seketika membuatku terkaget hingga hampir saja ingin membantah.
"Mungkin adek udah sabar banget menahan diri untuk tidak memiliki seperti apa yang dimiliki oleh orang lain, tapi kurang mensyukuri apa yang udah dimiliki," lanjut Mas, membuatku merasa tersindir.
Setelahnya, Mas kembali mengingatkanku agar tidak merasa iri dalam urusan duniawi, tetapi irilah dengan orang yang lebih berilmu dan lebih salih karena dari situ kita termotivasi untuk terus belajar dan memperbaiki diri. Melihat ke atas hanya akan membuat diri merasa iri dan tidak bersyukur. Namun, lihatlah ke bawah karena ternyata banyak yang tidak seberuntung aku.
Mas pun bercerita tentang orang-orang yang harus tinggal di kos-kosan yang sekali buka pintu kamar langsung bisa melihat orang-orang sekitar berlalu-lalang. Atau tinggal di rumah yang dapurnya bisa langsung dilihat oleh tamu. Pun ada orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal hingga harus tidur beralaskan langit. Mendengar itu rasanya aku tak kuasa jika berada di posisi itu. Pun ada rasa malu yang menghinggapi karena ternyata diri ini memang kurang bersyukur.
"Jika kita bisa bersyukur saat senang, mengapa merasa sulit bersabar saat susah. Bukankah keduanya sama-sama ujian keimanan?", ujar Mas mengakhiri percakapan kami sore tadi dan beberapa saat setelahnya adzan pun berkumandang.
No comments: