Menirukan Gerakan Salat
Teringat jelas sewaktu dua bulan pertama Umar lahir, aku dan mas salat bergantian supaya ada yang menjaganya. Lalu, seiring berkembangnya motorik kasarnya Umar, perlahan kami pun bisa salat berjamah sembari menjaga Umar. Ketika masih belajar tengkurap, biasanya Umar ditaruh di sampingnya mas. Kalau Umar menangis, mas segera menggendongnya dan ketika sujud diletakkan lagi di samping.
Lalu, begitu Umar sudah bisa berjalan, ketika kami salat biasanya dia bermain atau berlari-lari di sekitar kami. Hingga suatu hari, tiba-tiba saja Umar bisa sujud, meski gerakannya belum sempurna. Ketika kali pertama melihatnya, rasa begitu takjub. Ternyata, hanya melihat apa yang kami lakukan, Umar bisa menirukannya. Lalu ketika melihat story atau mendengarkan cerita temanku yang anaknya sepantaran dengan Umar, ternyata mereka pun sedang senang mengikuti gerakan salat. Namun, seringkali hati kecilku pun sempat terbesit ketakutan kalau ada perilaku kami yang kurang tepat, terutama terkait gerakan salat.
Sejak itu, Umar seringkali inisiatif menggelar apapun yang bentuknya mirip sajadah, termasuk poster, agar bisa digunakan untuk salat. Meski Umar belum bisa meniru semua gerakan salat, tetapi aku tetap merasa terharu. Apalagi kemarin, tiba-tiba Umar bisa menyedekapkan tangannya selayaknya orang dewasa lakukan usai mengucap takbir. Setiap kali melihat itu, rasanya begitu terharu karena meskipun belum waktunya untuk diajari salat, tetapi setidaknya dia mulai mengenal gerakan salat.
Kalau dalam buku Islamic Parenting-nya Syaikh Jamal Abdurrahman, pada usia 0-3 tahun, anak sudah bisa untuk diajak salat berjamaah. Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam pun sering salat berjamaah sembari menggendong cucunya. Bahkan Beliau tidak bangkit dari sujudnya ketika cucunya duduk di punggung Beliau yang sedang salat. Sementara, untuk mengajari anak kita salat itu baru dimulai ketika mereka berusia 7 tahun. Mengapa? Sebab, pada usia tersebut anak sudah memahami mana yang baik dan mana yang buruk.
No comments: