Nano-nano-nya Menjadi Orang Tua
Dulu, aku tidak menyangka jika memiliki anak rasanya se-nano-nano ini. Seringkali menyenangkan, tetapi tidak jarang menguras kesabaran. Seperti siang tadi, sewaktu aku lagi memasak dan kubiarkan Umar main sendiri, tiba-tiba terdengar suara "gluk gluk gluk". Mendengar itu, aku segera mematikan kompor dan berjalan menuju kamar sebelah.
Baru sampai pintu kamar, kulihat air sedang mengalir. Begitu kutengok ke arah kamar, kulihat Umar sedang mengisi air di tutup botol air minum. Meskipun diameter tutup botol itu ukurannya lebih besar dari tutup botol air mineral, tetapi jika diisi terus-menerus tentu akan meluber. Melihatku datang, Umar terlihat salah tingkah. Dan kejadian lainnya yang tidak kalah menguras kesabaran.
Dari kejadian-kejadian itu kusadari bahwa orang tua, apalagi ibu harus memiliki stok kesabaran yang banyak. Apalagi untuk usia Umar yang tingkat curiousity-nya tinggi sekali. Dia mengamati hal-hal yang ada di sekitarnya, pun segala sesuatu yang dilakukan orang tuanya. Dia tahu bagaimana caranya agar air dalam dispenser bisa keluar. Dia tahu bahwa harus menaruh sesuatu di bawah kran dispenser untuk menampungnya.
Dia hanya meniru apa yang dilakukan orang tuanya, tanpa belum memahami bagaimana seharusnya melakukan itu. Sayangnya, dia belum tahu bagaimana menghentikan kran dispenser itu agar tidak terus-menerus mengeluarkan air hingga meluber. Ketika pertama melihat kejadian tentu rasanya ingin marah, apalagi kondisi perut sedang lapar. Namun, ketika memarahinya sembari melihat wajah polosnya, seketika timbul perasaan bersalah. Apalagi dia melakukan itu karena ketidaktahuannya. Tugas kamilah, sebagai orang tuanya yang mengajarinya dan dan memberikan contoh yang baik untuknya.
No comments: