Lebih Besar dari Kekuatan Cinta
Tadi dini hari tidak sengaja menonton yang muncul di beranda YouTube-ku. Ternyata, menonton itu menjadi pengingatku untuk memaknai sebuah kekuatan yang besar dalam pernikahan.
“Kami tidak pernah mengetahui solusi untuk dua orang yang jatuh cinta selain menikah.” (HR. Ibnu Hajah)
Ustadz Oemar Mita mengatakan bahwa cinta adalah sebuah penyakit yang obatnya adalah menikah. Mengapa bisa dikatakan penyakit? Sebab, seringkali cinta membuat orang terlena dengan seseorang yang dicintai. Menjadikan seseorang menjadi posesif bahkan dapat melakukan apa saja untuk orang yang dicintai.
Pernikahan adalah ibadah yang begitu panjang. Ada dua hal yang menjadikan pernikahan sebagai ibadah. Pertama, harus mengikuti petunjuk Alquran dan sunah. Kedua, dalam pernikahan tidak ada kalah-menang antara suami dan istri. Siapapun yang minta maaf lebih dulu adalah yang menghargai ridha-Nya Allah dalam pernikahan.
Meski menikah adalah obat, tetapi jangan jadikan cinta sebagai satu-satunya alasan untuk menikah dan sandaran dalam pernikahan. Sebab, cinta kepada seseorang bisa saja pudar oleh kekecewaan dan kekagetan tentang pasangan. Apalagi laki-laki dan perempuan itu berbeda. Laki-laki cenderung menggunakan logika, sementara perempuan cenderung menggunakan perasaan. Perbedaan itulah yang seringkali menjadi gesekan dalam rumah tangga. Ustadz Oemar Mita mengingatkan kalau ternyata cinta saja tidak cukup untuk menautkan dua hati manusia.
Dalam menjalankan biduk rumah tangga, ada kekuatan yang harus disandarkan selain kepada cinta. Apakah itu? Allah. Sebagaimana ibadah lainnya, kita pun semestinya meniatkan menikah sebagai sarana mendekat kepada-Nya dan semata karena-Nya. Ustadz Oemar Mita berkata bahwa ada kekuatan yang lebih daripada kekuatan cinta, yaitu adalah bagaimana memastikan kita menghalalkan seseorang di hadapan Allah betul-betul karena Allah. Sebab, dalam pernikahan tentu kita tidak bisa menghindari adanya perselisihan dengan pasangan.
Apalagi hati kita berada di jemarinya Allah sehingga mudah bagi Allah untuk membolak-balikkan hati kita. Maka mintalah pertolongan Allah dan jadikan Allah sebagai kekuatan besar untuk menyatukan perbedaan kita dan pasangan. Ketika kita sudah memasrahkan dan mengembalikan pernikahan kita kepada Allah, kalau cinta kita dan pasangan berkurang maka Allah akan yang menambahkan. Kalau kasih sayangnya menipis, maka Allah yang akan menebalkan.
Mungkin karena itulah, salah satu sunah setelah akad adalah salat sunah mutlak dua rakaat secara berjamaah. Mengapa harus dilakukan? Pertama, menegaskan bahwa kalau hidup kita tidak mengarah ke sujud yang mana dapat melihat Allah dalam salat, maka hidup akan berantakan. Pun memahamkan bahwa harus ada road map yang jelas, yaitu melihat Allah dalam kehidupan pernikahan. Kedua, pernikahan harus diniatkan untuk ibadah. Ketiga, melapor kepada Allah bahwa pasangan kita adalah jawaban doa kita sehingga dapat menjadi jodoh yang baik dan tepat.
No comments: