Cara Mendidik Diri Agar Tidak Mandeg
Sesi pertama Tirakati Pemuda Muslim Se-DIY diawali dengan pembahasan "Tarbiyah Diri Anti Mandeg" yang dibawakan oleh Ustadz Zaky A. Rivai. Dalam sesi tersebut, Ustadz Zaky mengatakan bahwa ada dua jenis hijrah, yaitu hijrah ma'nawiyah dan hijrah makaniyah. Hijrah makaniyah yaitu hijrah yang bergantung tempat dengan tujuan untuk mendapatkan kebaikan yang lebih besar dari sebelumnya. Contohnya ketika kita tinggal di sebuah kos yang tetangga kamar kita suka minum minuman keras, suka membawa lawan jenis yang bukan mahram. Kalau mendapati lingkungan seperti itu, maka tanda dari Allah untuk hijrah ke tempat lain. Sebab, kalau tidak pindah, maka kita bisa terjerumus ke perbuatan seperti itu.
Lalu hijrah ma'nawiyah yaitu hijrah yang maknawi atau menyentuh sisi-sisi non fisik. Ada empat jenis hijrah ma'nawiyah. Pertama, hijrah i'tiqadiyah (keyakinan), yaitu hijrah dari akidah yang salah lalu kembali ke akidah yang benar. Kedua, hijrah fikriyah (pikiran), yaitu hijrah secara pemikiran. Ketiga, hijrah syu'uriyah (cita rasa/selera), yaitu hijrah dari segala yang berhubungan dengan cita rasa/selera sehingga mengedepankan syahwat ke selera yang menyentuh jiwa. Contohnya, menonton drama korea 23 episode dalam sehari. Sebenarnya tidak ada masalah selama tujuannya sebagai hiburan dan bukan sebagai kebutuhan primer. Keempat, hijrah sulukiyyah (perilaku/perkataan) yaitu hijrah dari berkata kasar ke berkata yang lebih sopan, bermanfaat, dan menggugah jiwa.
Dalam berhijrah, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Pertama, kembali ke dosa lama, tetapi dengan judul berbeda. Contohnya, setelah hijrah masih mau dekat dengan yang bukan mahram, kalau dulu judulnya pacaran, lalu begitu hijrah judulnya "berkhalwat atas nama dakwah". Kedua, pindah ke dosa yang lain, contohnya dulu belum berhijab syar'i, begitu hijrah malah membicarakan orang yang belum berhijab atau belum berhijab syar'i. Ketiga, tidak pindah lingkungan dan keempat tidak istiqomah.
Lalu, bagaimana caranya agar tarbiyah kita tidak mandeg? Kuncinya adalah kembali ke syarah muwasafat tarbiyah atau sepuluh kriteria muslim ideal. Pertama, salimul aqidah atau akidah yang bersih, yaitu dalam beriman kepada Allah SWT, hal terpenting kita meyakini bahwa Allah adalah zat yang maha segalanya. Kedua, shahibul ibadah atau ibadah yang benar dan sesuai sunah yaitu melakukan ibadah dengan tertib sehingga membantu kita menghilangkan kemandekan dalam bertarbiyah. Kalau merasa ibadah tidak memengaruh diri kita, berarti ada yang salah dalam ibadah yang dilakukan.
Ketiga, matinul khuluq atau akhlak yang kokoh, sesuatu yang seringkali disepelekan padahal akhlak merupakan elemen terpenting agar Islam bisa tersebar ke penjuru dunia. Sebab, seringkali akhlak buruk kita membuat orang non Islam menilai buruk juga tentang Islam. Keempat, qawiyyul jismi atau fisik yang bugar, selain makanan, perlu juga olahraga rutin agar fisik kita kuat. Sebab, Allah lebih menyukai mukmin yang kuat dibanding yang lemah.
Kelima, mutsaqaful fikr atau berwawasan luas sehingga ketika seorang muslim diajak mengobrol itu nyambung. Keenam, mujahadatul linafsihi atau hati-hati, maksudnya kita bisa menghindari maksiat atau hal-hal lainnya yang tidak penting/produktif. Pun seseorang tidak mampu mencapai derajat takwa jika tidak berhati-hati. Ketujuh, haritsun ala waqtihi atau disiplin dengan waktu. Sebagai seorang muslim, seharusnya kita tidak menyia-nyiakan waktu yang ada. Namun, adanya teknologi menghambat kita melakukan hal-hal yang tidak produktif. Seperti, keasikan scroll Instagram hingga lupa untuk membersihkan kamar.
Kedelapan, munazham fi syunihi atau teratur. Dalam Islam, salat itu menjadi alarm agar hidup kita lebih teratur. Sayangnya, seringkali kita hanya menganggap salat sebagai kewajiban. Kesembilan, qadirun 'alal kasbi atau mandiri, seperti dalam mengurus diri maupun keuangan. Sebagai seorang muslim, jangan sampai kita tidak mandiri karena mandiri itu salah satu kunci keberhasilan dakwah. Kesepuluh, nafi'ul lighayrihi atau bermanfaat bagi orang lain. Kalau tarbiyah kita mandeg, mungkin kebermanfaatan kita untuk orang lain itu kurang.
Setelah mengetahui 10 kriteria muslim ideal tersebut, maka ada beberapa cara agar tarbiyah kita tidak mandeg dan diam di tempat. Pertama, manajemen target yaitu dengan menyusun target sesuai kemampuan diri dan kemungkinan yang ada, bukan dari pengalaman orang lain. Pun harus lihat bagaimana starting point kita. Kedua, membuat deadline atau batasan waktu target yang telah kita buat. Ketiga, terus belajar dan evaluasi dari apa yang telah dilakukan. Keempat, melihat teman yang bisa menunjang target kita dan dapat serius menjalani kehidupan. Kelima, bermanfaat bagi sesama.
No comments: