Menyapih Umar
Setelah di-sounding sejak Umar berusia 18 bulan, akhirnya hari yang ditunggu pun tiba. Tanggal 6 Mei kemarin, Umar mulai disapih, bertepatan dengan usianya yang genap dua tahun secara hijriyah. Menghilangkan kebiasaan menyusu sebelum tidur sangatlah berat untuk Umar. Sampai hari ini, Umar masih mencari ASI ketika mau tidur, tetapi aku tetap tegas untuk tidak memberikannya. Namun, Umar juga mencoba ikhlas untuk tidak minum ASI lagi.
Hari pertama, saat akan tidur siang, Umar masih mencari ASI. Ketika kutolak, Umar menangis kencang. Kucoba untuk menggendongnya, tetapi Umar menolaknya, malah menangis semakin kencang. Akhirnya, Abatinya mengajak untuk jalan-jalan, tetapi dengan syarat salat dhuhur dulu. Umar pun mengangguk dan mulai reda tangisannya. Aku pun pergi ke kamar mandi untuk berwudhu. Ketika kembali ke kamar tidur, ternyata Umar sudah merem, meskipun sambil menangis sesenggukan. Beberapa menit kemudian tangisnya pun reda.
Malam harinya, Umar masih begitu. Kucoba menenangkannya, tetapi hanya reda sebentar, setelahnya menangis lagi karena mencari ASI. Ketika tangisnya reda, Umar minta ke kamar mandi, dibacakan buku, bahkan minta makan. Akhirnya jam 22.45 Umar baru bisa tidur setelah kubacakan buku.
Hari kedua, pagi harinya, mungkin sekitar jam 8.30, ketika sedang cuci piring, Umar yang sedang ada di atas motor, terlihat begitu mengantuk. Lalu kuajak ke kamar untuk tidur. Awalnya, Umar masih mencari ASI, tetapi kutolak. Aku pun segera mengambil beberapa buku dan dipilihlah buku Sehari Tanpa Ibu. Halaman demi halaman kubacakan sampai sudah setengah buku, kulihat Umar mulai terkantuk. Ketika kubacakan halaman berikutnya, Umar pun tertidur.
Dari masa menyapih ini, ada beberapa hikmah yang bisa kuambil dan mungkin bisa dijadikan tips untuk menyapih. Pertama, siap dan bekerja sama dengan suami. Dalam menyapih, yang pertama dilakukan harus menyiapkan diri untuk menyapih anak. Pun, meski kita, ibunya yang mengASIhi, tetapi dalam menyapih harus bekerja sama dengan suami. Sebab, dari yang kualami, menyapih ternyata sulit kalau aku sendirian. Ketika ada suami, rasanya menjadi lebih mudah.
Kedua, berproses. Semenjak ikut kuliah Zoom-nya mba @amandakurniasih , aku jadi tahu kalau menyapih itu ada prosesnya. Bisa dimulai dengan sounding dan dibacakan buku dari usia 18 bulan dan semakin intens ketika menjelang usia 2 tahun. Hal yang luput dari prosesku yaitu baru mencoba untuk menyapih siang atau malam H-1 bulan menyapih. Ketiga, tega dan butuh kesabaran. Sebab, menghilangkan kebiasaan yang sudah dilakukan selama dua tahun tentunya sangatlah sulit. Maka, wajar jika anak menangis sehingga kita harus menemaninya dan terus menenangkannya. Setelah kuperhatikan, usai Umar menangis, dia pun ikut berusaha untuk tidur sendiri tanpa ASI.
Keempat, dan paling penting yaitu berdoa kepada Allah agar memudahkan menyapih anak. Sebab, manusia hanya bisa berikhtiar, sementara hasilnya tetap di tangan Allah. Apalagi menyapih ini merupakan perintah dari Allah. Hal yang kuyakini, kalau Allah yang merintahkan para ibu untuk menyapih anaknya, tentu Allah akan memberikan kemudahan untuk melewati masa menyapih ini. Maka, aku pun berdoa supaya Allah memudahkan masa menyapih ini dan Umar bisa ikhlas untuk disapih. Semoga masa menyapih ini menjadi awal dari ketaatannya Umar dalam menjalankan perintahnya Allah.
#riasrise #RutinMenulis30Hari #rm30hari07
No comments: