Melihat Pandemi Melalui Doa Rabbana Ke-23 dan 24
*Buku ke-2 di tahun 2021
A Letter to Allah*
oleh Ustadz Oemar Mita
Penerbit Zaduna
Tanggal : 21 Juli 2021
🧕Nama : Apriastiana Dian Fikroti
📸 Akun IG: https://instagram.com/riasrise
📱beli/baca di: @geraiumar
📖 Halaman yang dibaca 230-241
📙 sudah membaca 163 halaman (dari awal ikut program ini)
💖Tingkat kesukaan terhadap isi: 10
📝Insight:
رَّبَّنَآ إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِى لِلْإِيمَٰنِ أَنْ ءَامِنُوا۟ بِرَبِّكُمْ فَـَٔامَنَّا ۚ رَبَّنَا فَٱغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّـَٔاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ ٱلْأَبْرَارِ
"Ya Rabb kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): 'Berimanlah kamu kepada Tuhanmu', maka kami pun beriman. Ya Rabb kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti." (Q.S. Ali Imran ayat 193)
Membaca doa rabbana ke-23 dan 24 ini seketika mengingatkanku akan situasi kita saat ini. Pandemi yang seperti tak kunjung usai. Tahun lalu, mungkin kita jarang sekali mendengar kabar orang terdekat atau orang yang kita kenal mengalami covid-19. Apalagi mendengar kabar duka dari mereka akibat mengalami penyakit itu. Namun, tahun ini, perlahan orang terdekat, orang yang kita kenal, bahkan diri kita bergiliran mengalaminya.
Situasinya semakin terasa sendu ketika grup WhatsApp kita pun tidak pernah sepi dari pesan orang-orang yang membutuhkan oksigen atau plasma konvalesen. Dari situ, ada beberapa hal yang menurutku menjadi hikmah dari adanya pandemi ini. Pertama, lebih banyak mensyukuri nikmat yang telah Allah beri, seperti nikmat sehat dan nikmat dapat menghirup oksigen dengan mudah. Sebab, sangat mudah bagi Allah untuk mencabut segala nikmat-Nya dari diri kita. Kata Ustadz Oemar Mita dalam buku ini, kebersyukuran kita atas nikmat Allah tersebut menjadi sarana merespon panggilan Allah dan Rasulullah kepada orang-orang yang beriman.
Kedua, pandemi ini menjadi gambaran betapa kematian itu terasa begitu dekat. Kita tidak tahu kapan mendapat giliran mengalami covid-19. Sebagaimana kita pun tidak tahu kapan kita mendapat giliran untuk kembali pulang ke akhirat. Ketiga, manusia hanya bisa berikhtiar dan berdoa. Pandemi ini menyadarkan kita bahwa ranahnya manusia itu ikhtiar dan berdoa, sementara masalah hasil itu ranahnya Allah. Mungkin kita sudah menjaga diri dengan memperketat protokol kesehatan, tetapi qadarullah kita tetap terpapar covid-19. Dari situ juga kita tahu bahwa di atas ikhtiar kita, tetap ada takdir Allah. Meski begitu, jangan membuat kita abai untuk menaati protokol kesehatan. Sebab, sakit yang kita alami menjadi jalan terhapusnya dosa-dosa kita.
No comments: