Momen Pergantian Tahun
Hari ini aku terbangun oleh suara berisik yang terdengar dari atas genting kontrakan kami. Suaranya begitu keras dan tiada henti-hentinya. Lalu aku segera cek ponsel yang berada di bawah bantal. Waktu menunjukkan pukul 00.00. Ternyata sudah ganti tahun. Pantas saja suara petasan dan kembang api begitu berisik mengenai genting kontrakan kami. Bahkan, suara anak-anak masih terdengar jelas, begitu riang menyambut momen pergantian tahun.
Aku pun beranjak dari kasurku dan bergerak menuju kursi depan monitor. Syukurnya aku sudah tidur 3,5 jam sehingga tidak masalah untuk tetap terjaga sampai pagi. Ketika aku di depan laptop, suara-suara petasan dan kembang api itu mulai redup. Namun, berganti dengan suara orang mengobrol dan "gonjrang-ganjreng" suara gitar. Mereka pun menyanyikan beberapa buah lagu. Bukan hanya suara laki-laki yang bernyanyi, tetapi juga perempuan. Mendengarnya, membuatku suudzon karena saat itu masih sekitar jam 2 pagi. Pasalnya suara-suara perempuan yang terdengar itu berasal dari rumah sebelah yang semua penghuninya laki-laki. Batinku, "apa nggak takut ya?"
Menjelang Subuh, suara-suara itu pun menghilang. Namun, kejadian tadi membuatku berpikir kalau momen pergantian tahun seringkali dilebih-lebihkan. Banyak orang yang rela tidak tidur lebih dulu demi mendapatkan momen pergantian tahun. Apalagi sampai mengganggu tetangga dengan suara petasan, kembang api, dan gitar yang begitu keras dan berisik. Mungkin mereka tidak menyadari kalau suara-suara tersebut menganggu tetangga yang sedang terlelap tidur. Apalagi yang di rumahnya ada anak bayi dan balita.
Kalaupun ingin merasakan momen pergantian tahun, janganlah sampai menganggu tetangga yang tidak merayakannya. Hal yang membuatku heran, bukan hanya orang dewasa yang menyalakan petasan dan kembang api, tetapi banyak juga anak-anak yang masih "berkeliaran" di luar, padahal sudah larut malam. Kenapa orang tuanya mengizinkannya ya?
No comments: