Semua Perasaan Itu Titipan Allah
Aku bersyukur sekali sempat berkuliah di Psikologi karena bisa mengikuti mata kuliah Rentang Perkembangan Manusia. Mata kuliah tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupanku setelah menjadi orang tua. Salah satunya yaitu materi tentang emosi.
Di buku "Life-Span Development"-nya Santrock disebutkan kalau emosi itu seperti warna kehidupan yang begitu beragam. Setidaknya ada dua jenis emosi yang mulai dialami manusia pada masa bayi. Pertama, emosi primer atau emosi yang diekspresikan pada enam bulan pertama kehidupan bayi, seperti terkejut, bahagia, marah, sedih, takut, dan jijik. Kedua, emosi sadar-diri atau emosi yang memerlukan kewaspadaan diri yang melibatkan kesadaran dan keakuan, seperti cemburu, empati, malu, bersalah.
Kalau di buku "Psychology from the Islamic Perspective"-nya Aisha Utz emosi itu bagian dari karunia yang diberikan oleh Allah. Dari emosi tersebut, manusia memiliki kemampuan untuk tertawa dan menangis, untuk bersukacita dan merenung, untuk marah dan sedih. Emosi itu juga seperti ujian dari Allah yang keberhasilannya ditandai dengan kemampuan kita dalam mengontrol emosi dan menyalurkannya ke arah yang ditetapkan oleh Allah.
Baik menurut Santrock maupun Aisha Utz, emosi itu ada yang negatif dan positif. Kalau emosi positif biasanya membawa kita pada kesenangan. Sementara emosi negatif itu membawa kita pada kesusahan dan tekanan. Namun, menurut Aisha Utz, baik emosi negatif dan positif itu sama-sama memiliki tujuan dan nilai. Contohnya, marah, biasanya identik dengan emosi negatif. Namun, ketika marah tersebut disebabkan untuk membela Allah, membela agama Allah, maka marah tidak lagi menjadi emosi negatif, tetapi justru memiliki tujuan yang berharga dan dianggap terpuji. Umar bin Khattab adalah salah satu contoh orang yang marah karena membela Allah.
Selaras dengan Aisha Utz, dalam buku "Seri Perasaan Titipan Allah" (SIPETA), Kang @canunkamil dan Teh @fufuelmart mengatakan bahwa emosi atau perasaan yang kita miliki itu titipan Allah. Ada bahagia, sayang, semangat, cemburu, sedih, takut, kesepian, bersalah, tenang, berani, rindu, percaya, berserah, nyaman, kehilangan, jijik, bosan, marah, terkejut, dan kecewa. Semua perasaan itu sementara, silih berganti kehadirannya sehingga hanya bisa kontrol, tetapi kita tidak bisa menghilangkan perasaan-perasaan yang tidak kita suka. Namun, ketika perasaan itu hadir, kita perlu menyalurkan ke hal-hal baik sehingga bisa menjadi ladang pahala agar kita bisa masuk Jannah-Nya.
Baru tahu kalau emosi negatif ternyata juga bisa punya sisi positif. Nice perspective, Mbak, terima kasih
ReplyDelete