Ingat Allah, Bersabar, dan Bersyukur Ketika Ada Masalah
Beberapa hari lalu, aku nonton video part 2 di channel YouTube-nya Yuk Ngaji yang berisi obrolan asatidz dan trainer Yuk Ngaji tentang "curhat". Inti obrolan itu membahas tentang kebiasaan orang yang suka curhat ketika mengalami sebuah masalah. Mungkin kita juga pernah curhat atau pernah mendapat curhatan dari teman yang sedang punya masalah.
Dari video tersebut aku dapat banyak insight sekaligus reminder tentang merespons ketika ada masalah. Karena ketika masalah itu datang, biasanya aku merasa panik dan bingung. Dan hal yang terpikir pertama kali ketika ada masalah itu: "bagaimana cara menyelesaikannya?". Namun, di video ini diingatkan kembali kalau setiap manusia yang masih diberi kesempatan untuk hidup itu tidak terlepas dari masalah.
Ketika masalah itu datang, kita perlu meng-upgrade pemahaman bahwa masalah itu cara Allah untuk menaikkan level kita. Pun pasti ada hikmah terbaik yang Allah berikan dari masalah yang kita alami. Jadi, hal pertama yang seharusnya kita pikirkan ketika ada masalah yaitu Allah. Ketika kita ingat Allah, mungkin masalah kita tidak langsung "cling" menghilang, tetapi hati kita bisa menjadi tenang sehingga memudahkan untuk mencari solusi dari permasalahan kita.
Selain mengingat Allah, hal lainnya yang kita lakukan ketika ada masalah yaitu bersyukur. Maka, ketika masalah datang, kita perlu mengucap dulu "alhamdulillah". Sebab, itu pertanda Allah sayang kepada kita dan ingin kita untuk naik level. Jangan sampai kita hanya terfokus kepada masalah hingga lupa untuk mensyukuri apa yang kita miliki. Setelahnya baru mencari solusi permasalahan.
Dalam video ini, Ustadz Cahyo bercerita kalau ada seorang bernama Abdullah bin Muhammad yang sedang berjalan menuju tepi pantai untuk memantau kedatangan musuh. Ketika sampai di tepi di pantai, dia mendengar ada seseorang di dalam tenda sedang berdoa seperti ini:
اللَّهُمَّ أَوْزِعْنِي أَنْ أحمدك حمدا أكافىء بِهِ شُكْرَ نِعْمَتِكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ بِهَا عَلَيَّ ، وَفَضَّلْتَنِي على كَثِيرٍ من خَلَقْتَ تَفْضِيلا
“Ya, Allah. Tunjukilah aku agar aku bisa memuji-Mu, sehingga aku bisa menunaikan rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan Engkau sungguh telah melebihkan aku di atas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan.”
Ketika mendengar itu, Abdullah bin Muhammad begitu penasaran apa sih kelebihan orang tersebut hingga bisa berdoa seperti itu? Setelah Abdullah bin Muhammad mendekat, ternyata orang tersebut tidak mempunyai tangan dan kaki, pun penglihatannya buram. Sosok tersebut ternyata bernama Abu Qilabah. Betapa terkejutnya Abdullah bin Muhammad ketika melihat Abu Qilabah.
Lalu, Abdullah bin Muhammad bertanya kepada Abu Qilabah tentang kelebihan yang Allah berikan kepadanya. Ternyata, Abu Qilabah mengatakan kalau kelebihan yang Allah berikan adalah lisannya. Sebab, dari lisannya, Abu Qilabah bisa mengucap zikir dan istighfar. Setelah mengatakan seperti itu, Abu Qilabah meminta tolong kepada Abdullah bin Muhammad untuk mencari anaknya yang hilang dengan ciri-ciri seperti ini, ini, ini.
Di perjalanan, Abdullah bin Muhammad menemukan mayat anak laki-laki dengan ciri-ciri yang sama seperti anaknya Abu Qilabah. Namun, Abdullah bin Muhammad bingung bagaimana menjelaskannya kepada Abu Qilabah. Akhirnya, ketika ingin menceritakannya kepada Abu Qilabah, Abdullah bin Muhammad mengajak bicara dulu tentang kisah Nabi Ayub yang begitu sabar dan syukur ketika kehilangan harta dan anak-anak. Setelah itu, Abdullah bin Muhammad menceritakan kepada Abu Qilabah kalau dia menemukan mayat anaknya yang ditemukan dalam kondisi tercabik-cabik di hutan.
Ketika mendengar itu, Abu Qilabah mengucap "alhamdulillah". Abdullah bin Muhammad pun merasa heran kenapa Abu Qilabah mengucap "alhamdulillah". Ternyata Abu Qilabah merasa bersyukur memiliki seorang anak yang selama hidupnya tidak pernah melakukan maksiat. Setelahnya, Abu Qilabah baru mengucap "innalillahi wa innailaihi rojiun", dan tidak lama kemudian Abu Qilabah mengembuskan nafas terakhirnya.
Dari kisah Abu Qilabah kita belajar untuk bersyukur dan bersabar ketika mendapat sebuah ujian atau masalah. Abu Qilabah tidak fokus kepada kekurangannya, tetapi dia justru mensyukuri nikmat Allah berupa lisan untuk berzikir dan beristighfar. Kalau Abu Qilabah hanya fokus kepada ujian yang Allah berikan, mungkin Abu Qilabah lupa untuk mensyukuri nikmat lisan yang telah Allah beri. Dan ini menjadi pengingat bagi kita untuk tidak terfokus kepada masalah, tetapi mensyukuri dulu nikmat yang telah Allah beri. Ketika kita bersyukur, maka kita mudah untuk mencari solusi dari permasalahan kita.
No comments: