Manusia Mulia Karena Kemampuan Belajarnya
Selepas Subuh tadi, cari referensi soal surat Al-Baqarah ayat 31 yang akan kutadabburi di @sakeenarangers Tadabbur Club. Awalnya kukira jadwal tadabbur-ku itu besok, hingga tiba-tiba ada chat dari Kang @canunkamil di grup kalau pagi tadi adalah jadwalku. Baca chat itu aku langsung panik lalu kubaca-baca lagi ayat dan artinya, dan cari beberapa referensi tambahan.
Ketika aku baca lagi ayatnya, ternyata ayat tersebut nyambung dengan ayat sebelumnya (ayat 30) dan ayat setelahnya (ayat 32-34). Dalam ayat-ayat tersebut, disebutkan kalau Allah akan menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Saat malaikat mengetahui itu, malaikat begitu ragu karena manusia itu 'kerjaannya' hanya merusak alam dan menumpahkan darah.
Sampai akhirnya di ayat 31 disebutkan kalau Allah mengajari Nabi Adam semua nama-nama yang di bumi, baik makhluk hidup atau makhluk mati. Sementara malaikat itu tidak diajari nama-nama itu oleh Allah. Jadi, ketika malaikat ditanya tentang benda yang Allah tunjuk, malaikat tidak bisa menjawabnya, tetapi Nabi Adam bisa menjawabnya. Hal itu membuat malaikat terkagum-kagum. Dari situ dapat insight baru kalau ilmu itu bisa membuat manusia mulia.
Lalu, ketika Kang Canun memberikan tambahan mengenai ayat kutadabburi tadi, ternyata semakin menambah insight untukku dan semakin amaze dengan ayat 31 ini. Namun, sebelum menjelaskan secara langsung ayat 31, Kang Canun mengajak kami untuk berpikir. Tentang kenapa kok malaikat bisa sampai ragu begitu. Dan ternyata, dulu sebelum Nabi Adam diciptakan, ada makhluk yang tinggal di bumi. Makhluk yang mirip manusia, tetapi bukan manusia dan 'kerjaannya' merusak alam.
Hal itu ternyata nyambung dengan surat Al-Alaq ayat 15-16 kalau manusia yang berbuat kekafiran dan tidak mau berhenti melakukannya, maka akan ditarik بِٱلنَّاصِÙŠَØ©ِ (atau ubun-ubun yang menduskan) ke dalam neraka. Ternyata, maksudnya ubun-ubun dalam ayat itu ubun-ubun yang ada di keningnya yaitu korteks prefrontal (prefrontal cortex). Korteks prefrontal ini erat kaitannya dengan kemampuan mengingat dan berperilaku sesuai aturan. Maka, ketika manusia diberikan korteks prefrontal tetapi justru digunakan untuk hal-hal yang tidak Allah suka, maka di hari akhir korteks prefrontal tersebut akan ditarik ke dalam neraka.
Lalu, ketika Kang Canun mulai membahas Al-Baqarah ayat 31 jadi semakin paham kenapa kok manusia yang ditunjuk sebagai khalifah di muka bumi, bukan malaikat? Ternyata karena manusia yang diberikan kemampuan belajar oleh Allah. Keistimewaan manusia berasal dari kemampuan belajarnya. Ketika manusia belajar dan memiliki ilmu, maka manusia bisa mulia, bahkan bisa lebih mulia dibanding malaikat. Dengan catatan ilmu itu digunakan untuk jalan kebaikan dan kebenaran. Sebab, pada dasarnya belajar itu bukan hanya menambah wawasan atau informasi, tetapi juga untuk mendekatkan kita kepada Allah, bukan justru menjauhkan.
Surat Al-Baqarah ayat 31 ini juga menjadi pengingat bagiku tersendiri untuk tidak berhenti belajar, meskipun belum kuliah lagi. Mengutip dari perkataannya Abah Ihsan, "Kalau manusia berhenti belajar, maka berhenti kemanusiaannya. Kalau manusia berhenti belajar, maka berhenti kebaikannya." Selain itu, menjadi pengingat bagiku untuk menumbuhkan rasa cinta belajar dalam diri Umar. Cinta belajar yang tidak hanya membuat Umar semakin tahu banyak hal, tetapi semakin cinta kepada Allah.
No comments: