Rezeki yang Kita Nikmati
Sebelumnya, aku memahami bahwa setiap manusia sudah Allah berikan rezekinya masing-masing. Dan rezeki itu tidak hanya berupa uang atau harta, tapi juga kesehatan, keluarga, dan segala nikmat yang telah Allah beri. Pun setelah berjualan, aku punya persepsi lain tentang rezeki, yaitu seringkali datang arah yang tidak pernah disangka.
Lalu, saat kelas NgeSlow Sesi Aqidah lalu, Ustadz Weemar pernah menyampaikan tentang konsep rezeki yang baru pernah kudengar. Kata Beliau, sesuatu baru disebut "rezeki" itu bukan ketika memilikinya, tetapi ketika kita merasakan manfaatnya. Karena bisa jadi, orang lain yang punya/memiliki, tapi kita yang merasakan manfaatnya.
Seperti saat kami mudik ke Bima Ramadan kemarin, walaupun masih di Bima kami sudah pesan tiket naik kapal KM Awu untuk kembali ke Jogja. Alhamdulillah mendapatkan 'seat' yang artinya kami mendapatkan fasilitas kasur untuk 3 orang. Namun, karena ingin terjaga privasinya, jadilah kami beli kamar dan alhamdulillah dapat.
Waktu itu sempat mikir 'seat' kami bagaimana nasibnya kalau kami tidak tidur di situ. Namun, beberapa hari sebelum kepulangan ke Jogja, Abatinya Umar mengabarkan kalau temannya dan kedua orangtuanya mau naik KM Awu juga, tapi karena belinya mepet dengan jadwal keberangkatan, jadi 'no seat'.
Akhirnya, Abatinya Umar menawarkan 'seat' kami untuk teman dan orangtuanya, yang jumlahnya pas, yaitu 3 seats. Alhamdulillah saat hari H keberangkatan, mereka bisa beristirahat di 'seat' kami. Karena kalau 'no seat' biasanya tidur dan menaruh barang-barangnya di lorong kamar, tangga, depan kantin, dan lain-lain. Alhamdulillah 'seat' yang tidak terpakai oleh kami ternyata bermanfaat untuk orang lain dan jumlah 'seat'-nya pas.
No comments: